ASUHAN
KEPERAWATAN PADA KLIEN GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN : HIPERTIROIDISME.
Oleh ; Drs.
Julianus Ake, SKp, M.Kep
PENGERTIAN :
Hipertiroidisme (
dapat juga disebut Tirotoksikosis) adalah suatu keadaan dimana terjadinya
sekresi yang berlebihan dari hormon tiroid yang ditandai dengan adanya
pembesaran kelenjar tiroid (goiter) dan adanya exopthalmos.
Anatomi dan fisiologi kelenjar tiroid :
Kelenjat
tiroid berbentuk seperti kupu-kupu, terletak di leher, disebelah depan dan
samping larynx. Ia disuplai banyak darah, dan mensekresi dua hormon yang
mempunyai hubungan erat, yaikni T4 (tetra iodothyronine atau tiroksin) dan T3
(triiodothyronine). Kedua
hormon ini penting, yang mengandung zat yodium.
Kerja T4 dan T3 :
Kedua
hormon tersebut berpengaruh pada pengaturan metabolisme basal tubuh.
Hormon ini meningkat kecepatan metabolisme tubuh (konsumsi oksigen) dan
memproduksi panas.
Hormon tiroid
penting untuk pertumbuhan dan perkembangan tubuh. Dengan mendorong sintesa
protein pada beberapa jaringan, termasuk jaringan keras (tulang) dan jaringan
lunak (otot), kedua hormon mempengaruhi diferensiasi sel dan pertumbuhan.
Hormon tiroid bekerjasama dengan growth hormone.
Hormon tiroid
mempengaruhi fungsi jantung dan pembuluh darah, seperti meningkatkan debar
jantung, kontraksi serta pengaruh katekolamin pada vasa darah. Dengan demikian
tekanan darah cenderung meningkat. Hormon tiraoid juga berpengaruh terhadap
fungsi otak dan perilaku, mungkin dengan cara meningkatkan katekolamin pada
jaringan saraf.
Kontrol
Tiroid :
Sistesa dan
pengeluaran hormon tiroid di bawah pengawasan hormon pituitari (TSH= Thyroid
Stimulating hormone). TSH ini tidak hanya mendorong sintesa dan sekresi hormon,
tetapi juga meningkatlan jumlah sel (hiperplasia) dan ukuran (hipertrofi)
kelenjar. Keadaan ini disebut sebagai goiter. Sekresi TSH diatur oleh efek
umpanbalik negatif langsung terhadap sirkulasi tiroksin di pituitari seperti
juga efek stimulasi TRH (Thyrotropin-releasing hormone) dari hipothalamus.
Kenaikan kadar tiroid dalam plasma akan langsung menurunkan pelepasan TSH, dan
demikian sebaliknya.
Iod dalam darah
dipompa secara aktif ke dalam sel tiroid dan kemudian diangkut secara cepat ke
dalam koloid (ruang yang dibentuk oleh folikel yang berisi koloid). Disini
terjadi katalisa oleh enzim yang mengoksidasi iod menjadi iodin. Iodin melekat
pada residu tirosin (asam amino) dalam tiroglobulin. Selanjutnya terjadi reaksi
kimia pada residu tirosin dan menghasilkan tiroksin dan T3. Dalam darah hormon
ini terikat dengan spesial protein (Thyroid Binding Protein=TBG) yang
membawanya kedalam jaringan target. Dijaringan mereka dilepas untuk masuk
kedalam sel target dan mulai bekerja.
Hipertiroidisme
dan hipotiroidisme :
Sekresi
berlebihan hormon tiroid (dipertirodisme) sering disertai dengan penyakit
otoimun (Graves’ Disease) dimana antibodi melawan reseptor TSH di sel tiroid,
secara patologik menstimulasi sel tiroid. Individu dengan hipertiroidisme
mempunyai BMR (Basal Metabolisme Rate =kecepatan metabolisme basal) tinggi.
Konsekuensi dari BMR yang tinggi adalah produksi panas meningkat, akibatnya
adalah cadangan energi (glikogen hati dan lemak tubuh) menipis. Individu mudah
tersinggung (irritable) dan gugup (nervous) dan peningkatan aktifitas jantung
serta pernafasan. Mata menonjol keluar (exophtalmos). Individu mengalami
goiter.
Pada bayi dan
anak, defisiensi tiroid (hipotiroidisme) mengakibatkan sindroma kretinisme.
Kretin adalah dwarfisme dengan retardasi mental akibat defisiensi pertumbuhan
dalam otak. Anak-anak perutnya buncit, mandibula kecil, lidah besar, leher
pendek. Kretin dapat disebabkan oleh defisiensi iod pada ibu hamil, kongenital
tak punya tiroid, abnormalitas tiroid.
Pada orang dewasa, hipotiroidisme mengakibatkan
sindroma myxedema. Individu dengan myxedema BMR nya kecil (kurang dari 40%), kulit
tebal, muka bengkak(edema), suara berat, rambut kasar. Aktifitas mental dan
fisik lambat dan menunjukkan gangguan perilaku. Hipotirodisme dapat disebabkan
oleh gangguan tiroid atau kegagalan hipotalamus.
INSIDEN :
Lebih dominan pada wanita daripada pria yaitu 4 : 1 (Luckman, 1996), terutama pada
wanita antara usia 20 thn-40 thn.
ETIOLOGI :
Hipertiroidisme disebabkan oleh karena overfungsi
dari kelenjar tiroid.
Pengobatan pada myxedema (hipotiroidisme) dengan
hormon tiroid dapat mengakibatkan hipertiroidisme. Bentuk
hipertiroidisme yang paling sering adalah Graves’ Disease (toksik,diffuse
goiter), ditandai dengan :
- Hipertiroidisme.
- Pembesaran tiroid (goiter).
- Exopthalmos.
Disamping itu
dapat pula disebabkan oleh kanker tiroid, adenoma toksik (struma nodosa
toksik), dan tiroiditis. Dapat pula terjadi sebagai akibat perubahan sekresi
dan metabolisme di hipotalamus, dan pitutari.
Pengaruh utama
hormon tiroid adalah meningkatnya metabolisme protein, karbohidrat, dan lemak
didalam banyak jaringan tubuh. Meningkatnya metabolisme akan mempengaruhi
cardiac output, sirkulasi perifer, konsumsi oksigen yang meningkat, peningkatan
suhu tubuh dan meningkatnya stimulasi saraf simpatis.
Komplikasi
Hipertiroidisme yang tidak terkontrol adalah gagal jantung, gangguan psikiatri,
dan krisis tiroid.
Dengan
pengobatan hipertiroidisme yaitu anti tiroid dan radioactive iodine dapat
menyebabkan hipotiroidisme.
PATOFISIOLOGI
:
Sebagaimana
disebutkan bahwa kasus hipertiroidisme banyak ditemukan pada kasus graves’
desease dan juga struma nodosa toksik.
Terjadinya
hipertiroidisme akan meningkatkan sirkulasi hormon tiroid yang berlebihan
sehingga mengakibatkan meningkatnya metabolisme dan stimulasi sistem saraf
simpatis. Pengaruh hipertiroidisme akan meningkatkan heart rate dan stroke
vulume sehingga cardiac output akan meningkat dan akan terjadi peningkatan
aliran darah perifer.
Peningkatan
hormon tiroid akan meningkatkan metabolisme protein, karbihidrat, dan lemak
sehingga lemak tubuh akan berkurang/menurun dan terjadi penurunan toleransi
glukosa. Lebih lanjut akan mengakibatkan penurunan kalori dan defisiensi
nutrisi. Nafsu makan menurun akibat adanya stimulasi simpatis, klien akan
kehilangan berat badan, kadang-kadang terjadi hipermotilitas usus dan terjadi
diare.
Disamping itu
akan terjadi meningkatan toleransi suhu tubuh dan terjadi diaporesis yang
berlebihan. Rambut mudah gugur, kulit teraba hangat, emosi labil.
Akibat stimulai
simpatis yang terjadi secara terus menerus akan menyebabkan beban kerja jantung
akan meningkat yang juga disebabkan oleh meningkatnya metabolisme, sehingga
klien akan mengalami gagal jantung.
DAMPAK
HIPERTIROIDISME TERHADAP SISTEM TUBUH :
- neurologis
: Tremor pada tangan dan mata, nervous, insomnia, emosi labil,
meningkatnya refleks.
- Sensoris :
Mata kabur, photophobia, lakrimasi, exopthalmos.
- Endokrin : Goiter.
- Respirasi : Dispnea.
- Kardiovaskuler
: Hipertensi, takikardia, aritmia, palpitasi.
- Gastrointestinal : Nausea, vomiting, diare, abdominal pain.
- Reproduksi
: Amenorrhea (wanita), kemandulan (wanita), menurunnya libido (pria),
impotensi (pria).
- Muskuloskletal
: Penurunan kekuatan otot, kelemahan, fatigue.
- Integumen
: Rambut kasar dan jarang, kulit kasar.
- Akibat proses metabolisme : hiperthermia, diaphoresis, lapar, penurunan berat badan, penurunan volume cairan.
GRAVES’ DESEASE :
Lebih sering terjadi pada wanita dari pada pria
yaitu 7-10 kali lebih banyak. Terutama pada wanita yang berusia 40 tahun.
Penyebab : Tidak diketahui, tetapi faktor
herediter dan stres emosi merupakan faktor pendorong.
Graves’ disease umumnya diklasifikasikan sebagai
gangguan multi sistem autoimmune yang dipercaya menghasilkan stimulasi pada
kelenjar tiroid, yaitu Long-Acting Thyroid Stimulator (LATS).
Adanya LATS dalam plasma kemungkinan di stimulasi
oleh Ig G (Thyroid-Stimulating immuno globulin), tetapi mekanisme secara nyata
hubungannya dengan pengaruh Ig G tidak diketahui.
Stimulasi menyebabkan meningkatnya produksi hormon
tiroid, yang menyebabkan terjadinya pembesaran kelenjar tiroid dan exopthalmos.
Terjadinya exopthalmos (penonjolan bola mata )
akibat adanya akumulasi deposit lemak dan peradangan dalam retro-orbital tissue
(jaringan dibelakang mata), yang mengakibat bola mata terdorong kedepan, karena
kelopak mata akan tertarik, akibatnya sukar untuk mengedipkan mata ( tatapan
yang tidak berkedip = Unblinking Stare). Klien akan mengalami penurunan
ketajaman penglihatan, nyeri pada bola mata, lakrimasi, dan photophobia.
Akibat ketidak mampuan menenutup bo;a mata
sehingga kornea menjadi kering (corneal dryness), iritasi, infeksi, dan terjadi
ulserasi.
TOXIC MULTINODULAR GOITER :
Terjadi pembesaran kelenjar tiroid (goiter) akibat
hipertrofi kelenjar karena peningkatan TSH ( terjadi pada saat jumlah hormon
tiroid yang bersirkulasi mengalami defisiensi).
Ditandai dengan adanya goiter yang pertumbuhannya
lebih kecil dari pada graves disease, pembesaran ini baru dapat diketahui bila
dilakukan palpasi. Nodul dapat berupa jinak atau ganas.
Klien dengan penyakit ini sering terjadi pada
wanita usia 60 – 70 tahun.
THYROID CRISIS (THYROID TORM) :
Suatu keadaan yang ekstrim dari hipertiroidisme.
Saat ini jarang ditemukan karena adanya diagnosa penyakit yang tepat dan
pengobatan yang cepat. Terjadi pada klien yang tidak mengalami pengobatan
hipertiroidisme (sering pada graves disease) ditambah dengan klien yang sering
mengalami stressor seperti penyakit infeksi, trauma, diabetes yang tidak
terkontrol, atau pengangkatan tiroid saat pembedahan. Penyakit ini sangat
mengamcam kehidupan.
Peningkatan metabolisme yang cepat akan
mengakibatkan produksi hormon tiroid akan meningkat secara berlebihan yang
dimanfestasikan dengan thyroid crisis. M,anifestasi klinik berupa
hipertermia,takikardia, hipertensi sistolik,gangguan pada gastrointestinal (
abdominal pain, vomiting, diare). Yang
sering terjadi yaitu agitasi, gelisah, dan tremor. Lebih berkembang lagi kearah
confusio, psikosis, delirium, dan kejang. Mungkin dapat berlanjut kedalam koma.
Pengobatan yang cepat akan dapat mencegah
kematian. Pengobatan berupa menghilangkan respiratory disress, mempertahankan
fungsi kardiovaskuler, dan menurunkan sekresi dan sintesa hormon tiroid.
STIMULASI
TSH YANG BERLEBIHAN :
Overproduksi TSH oleh pituitary akan mengakibatkan
stimulasi hormon tiroid yang berlebihan. Peningkatan sekresi TSH akibat adanya
adenoma pada pituitary. Keadaan merupakan bentuk hipertiroidisme yang jarang
terjadi.
TIROIDITIS :
Yaitu inflamasi kelenjar tiroid yang sering
disebabkan oleh infeksi virus pada kelenjar tiroid. Gejala berhubungan dengan
peradangan akut dan efek peningkatan hormon tiroid.
TINDAKAN KOLABORATIF:
Penanganan hipertiroidisme diarahkan kepada
menurunkan produksi hormon tiroid pada kelenjar tiroid, yaitu mempertahankan
tetap dalam keadaan normal (euthyroid), dan mencegah atau mengobati komplikasi.
Penanganan mempertimbangkan usia dan kondisi fisik klien, Penanganan bisa
berupa pengobatan farmakologi, terapi radioctive iodine, atau pembedahan.
Pemeriksaan
laboratorium/Test diagnostik :
1.Test TA :
Serum thyroid
antibodies (TA) dilakukan untuk menentukan
apakah penyebabknya akibat penyakit autoimmune. Misalnya bila terjadi
peningkatan dapat didiagnosa sebagai graves’ disease.
2. Test TSH:
Serum
thyroid-stimulating hormone. Pemeriksaan ini dilakukan untuk membandingkan TSH
dari pituitary dengan T4. Penurunan T4 dan keadaan normal atau meningkat pada
TSH dapat berindikasi gangguan tiroid. Gangguan pada pituitary berindikasi pada
penurunan T4 dan TSH.
3. Test T4 :
Serum thyroxine (T4) dilakukan untuk
menentukan konsentrasi homrmon tiroid dan ini merupakan test fungsi kelenjar
tiroid. Peningkatan T4 menunjukkan hipertiroidisme dan tiroiditis akut.
4. Test T3:
Serum
triidiodothyronine (T3). Test ini efektif untuk mendiagnosa hipertiroidisme
(khususnya T3 thyrotoxicosis). Peningkatan T3 dapat juga ditemukan pada
tiroiditis.
Pengobatan
farmakologi :
Pengobatan
dengan anti tiroid akan mernurunkan
produksi homrmon tiroid. Pengobatan ini tidak mempengaruhi aktifitas
hormon yang sudah terbentuk. Pengaruh pengobatan ini tidak dapat dilihat pada
beberapa minggu pertama.
Terapi Radiactive :
Pada dosis yang
lebih besar akan merusak jaringan tiroid sehingga produksi hormon tiroid
berkurang. Iodine radiaktif diberikan secara oral. Hasilnya dapat dilihat
setelah 6 – 8 minggu. Pengobatan ini kontraindikasi dengan ibu hamil, karena obat
ini akan masuk melalui plasenta dan memberikan efek negatif perkembangan
kelenjar tiroid janin. Apabila dengan pengobatan ini tidak terkonrol ketat,
akan mengakibatkan terjadinya hipotiroidisme, sehingga klien akan mengalami
pengobatan hormon tiroid yang lama.
Implikasi
pengobatan dengan keperawatan :
- Terapi Iodine .
Pada pengobatan ini akan menghambat sintesa hormon
tiroid. Ia juga akan menyebabkan hiperplasia tiroid dan mengurangi
vaskularisasi pada kelenjar tiroid. Oleh karena itu pengobatan ini sering
dilakukan sebelum pembedahan.
Tindakan keperawatan :
- Kaji
dipersensitifitas iodine sebelum pemberian obat ini, misalnya kemungkinan
terjadi alergi kulit.
- Minum
banyak untuk menetralisir pengaruh toksikasi.
- Diberikan
dengan menggunakan sedotan untuk mencegah perubahan warna gigi.
- Monitor
adanya perdarahan, apabila klien juga mengkonsumsi antikoagulan.
- Informasikan
pada klien bahwa pengaruh pengobatan biasanya dirasakan pada 1-2 minggu.
- Pengobatan
jangka panjang tidak efektif untuk mengontrol hipertiroidisme.
Pengobatan Antitiroid :
Pengobatan ini bertujuan menghambat produksi
hormon tiroid, tetapi tidak berpengaruh pada hormon yang sudah terbentuk.. Pada
beberapa minggu baru dapat terasa pengaruh pengobatan ini.
Tindakan keperawatan :
- Monitor
side effect : Pruritus, kemerahan, peningkatan temperatur, pembengkakan
pada kelopak mata, anoreksia, kehilangan rasa (pengecap), perubahan
menstruasi.
- Oleh
karena pengobatan ini diberikan setiap hari, monitor tekanan darah, dan
pertahankan agar tetap stabil.
- Monitor adanya hipotiroidisme : fatigue, penurunan berat badan.
- Perhatikan kemungkinan terjadinya perdarahan, nausea, nyeri epigastrium. Segera kolaborasikan dengan dokter.
- Jika diberikan antikoagulan, agar tetap memonitor adanya perdarahan.
- Berikan pengobatan secara teratur, dan sampaikan pada klien bahwa pengaruh pengobatan akan dirasakan dalam jangka waktu yang lama.
Pembedahan :
Beberapa klien
mengalami pembesaran kelenjar tiroid yang mengakibatkan penekanan pada esofagus
atau trakhea yang menyebabkan kesukaran bernafas dan kesukaran menelan. Pada
kasus ini merupakan indikasi dilakukan pengangkatan atau sebagian kelenjar
tiroid. Yang paling sering dilakukan adalah pembedahan subtotal thyroidectomy,
yaitu tindakan meningggalkan sebagian dengan harapan jaringan tersisa dapat
memproduksi hormon tiroid yang cukup sesuai kebutuhan. Total Thyroidectomy
dilakukan pada kanker tiroid, dimana klien akan berlanjut dengan pengobatan
hormon tiroid sepanjang hidup.
Sebelum
pembedahan, klien diusahakan agar kelenjar tiroid mendekati keadaan normal,
yaitu dengan terlebih dahulu diberi pengobatan antitiroid guna mengurangi
produksi hormon tiroid dan iodine untuk menurunkan vaskularisasi kelenjar dan
memperkecil ukuran kelenjar (juga dapat mengurangi perdarahan selama dan setelah
pembedahan).
Penanganan sebelum pembedahan :
- berikan pengobatan antitiroid dan iodine, dan monitor
pengaruh samping (Pengobatan antitiroid diberikan sebelum pembedahan
dimaksudkan untuk menciptakan kelenjar dalam batas normal. Iodine
diberikan sebelum pembedahan untuk menurunkan vaskularisasi pada kelenjar
tiroid, dan juga akan mengurangi risiko perdarahan).
- Ajarkan klien untuk menaruh kedua tangannya dibagian
bawah lehernya pada saat ia ingin bangun, atau batuk( menempatkan kedua
tangan menyanggah kepala dan leher dimaksudkan dilakukan pada saat pasca
bedah untuk mengurangi regangan/tarikan pada daerah luka).
- Jawab pertanyaan klien dengan jelas, dan berikan
kesempatan klien untuk mengungkapkan keprihatinannya (Oleh karena
insisi/pembedahan dilakukan didasar tenggorokan, maka klien khususnya
wanita sering mengungkapkan keprihatinannya terhadap bekas pembedahan.
Menjelaskan bahwa bekas luka hanya
merupakan garis tipis saja dan menggunakan perhiasan pada leher akan menutupi
bekas tersebut sehingga tidak tampak).
Penanganan setelah pembedahan :
- berikan tindakan yang menciptakan rasa nyaman klien, misalnya pemberian analgetik, posisi semi fowler setelah ia sadar dari pengaruh anestesi. Letakkan bantal dibagian bawah kepala dan leher ( Analgetik akan menurunkan poersepsi nyeri dan mengurangi stres fisik selama periode pasca bedah. Pengaturan poisisi semi fowler dan menempatkan bantal dibagian bawah kepala dan leher akan mengurangi regangan pada luka pembedahan).
- Berikan perhatian untuk memonitor kemungkinan adanya komplikasi :
- Perdarahan : kaji balutan dan area dibagian bawah leher dan bahu kemungkinan adanya perdarahan. Monitor tekanan darah dan denyut nadi untuk mendeteksi adanya syok hipovolume (Vaskularisasi kelenjar akan berisiko perdarahan. Pada lokasi insisi dan dibagian belakang leher kemungkinan adanya perembesan darah. Risiko terjadinya perdarahan pasca pembedahan terjadi pada 12 – 24 jam pertama).
- Respiratory distress : Kaji frekuensi pernafasan,
iramanya, kedalamannya, dan kekuatannya. Pertahankan oksigen humidifier
bila dipasang. Kaji adanya batuk dan nafas dalam. Siapkan peralatan
suction, oksigen, dan peralatan tracheostomy agar segera dapat digunakan
bila terjadi respiratory distress ( Respiratory distress dapat terjadi
akibat adanya perdarahan dan edema . Edema akan menekan trakhea.
Terjadinya tetany dan spasme larynx sebagai akibat penurunan hormon
sehubungan dengan pengangkatan kelenjar paratiroid. Perhatikan juga
kemungkinan adanya kerusakan pada saraf larynx dan spasme pita suara. Alat-a;at agar segera dapat
digunakan bila terjadi kondisi emergensi agar segera ditangani).
- Tetany :
Mengkaji tanda-tanda defisiensi kalsium yaitu adanya kesemutan pada kaki,
jari tangan dan bibir. Kontraksi otot rangka. Tanda2 Chvostek’s dan
Trousseau’s, menurunnya kadar kalsium darah. Berikan kalsium glukonat
atau kalsium klorida dan segera diberikan via IV (Kelenjar paratiroid
berlokasi dekat dengan kelenjar tiroid. Pembedahan kelenjar tiroid dapat
mengakibatkan kerusakan kelenjar paratiroid atau ikut terangkat saat
pengangkatan kelenjar tiroid, dan akan mengakibatkan terjadinya
hipokalsemia dan terjadi tetany. Tetany dapat terjadi
antara 1 – 7 hari setelah pembedahan).
ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian :
- Pengumpulan biodata, seperti usia, jenis kelamin, dan tempat tinggal.
- Riwayat penyakit dalam keluarga.
- Kebiasaan hidup sehari-hari mencakup aktifitas dan
mobilitas, pola makan, penggunaan obat-obatan tertentu, istirahat dan
tidur.
- Keluhan klien seperti tidak tahan terhadap panas,
berkeringat, palpitasi dan nyeri dada.
- Pemeriksaan fisik :
- Amati
penampilan umum klien, amati wajah klien khususnya kelainan pada mata,
seperti :
Opthalmopati :
-
exopthalmos.
-
Tanda
Stellwag’s : mata jarang berkedip.
-
Tanda
Von Graefes : jika klien melihat ke bawah maka kelopak mata atas sukar atau
sama sekali tidak dapat mengikuti bola mata.
-
Tanda
Mobieve : sukar mengadakan atau menahan konvergensi
-
Tanda
Rosenbagh : tremor palpebra jika mata menutup.
Edema kelopak mata akibat
akumulasi cairn pada periorbita dan penumpukn lemak pada retro orbita.
Penurunan visus akibat
penekanan saraf optikus dan adanya tanda-tanda radang/infeksi pada konjuntiva
dan kornea.
Photophobia dan
lakrimasi.
- Amati
mnifestasi klinik hipertiroidisme pada berbagai sistem tubuh.
- Palpasi
kelenjar tiroid, kaji adanya pembesaran, bagaimana konsistensinya, apakah
dapat digerakkan, apakah nodul soliter atau multiple.
- Auskultasi adanya bising jantung.
- Pengkajian psikososial mencakup kestabilan emosi, iritabilitas, perhatian yang menurun, dan perilaku mania. Fluktuasi emosi menyebabkan klien menjadi bertambah lelah.
- Pemeriksaan diagnostik mencakup kadar T3 dan T4, Scanning tiroid, EKG.
Diagnosa keperawatan dan tindakan keperawatan :
- Risiko penurunan cardiac output :
Klien dengan hipertiroidisme akan sangat
berisiko mengalami gagal jantung. Produksi hormon tiroid yang berlebihan secara
langsung akan mempengaruhi jantung
berupa peningkatan HR dan stroke volume. Meningkatnya kebutuhan
metabolisme dan kebutuhan oksigen jaringan perifer akan meningkatkan beban
kerja jantung, terjadi hipertensi sistolik,angina, artimia, dan gagal jantung.
Klien sering mengeluh palpitasi, nafas sesak, dan mudah lelah.
Tujuan ; Klien akan mempertahankan cardiac
output tetap adekuat, dengan kriteria hasil :
- Vs dalam batas normal
- Sirkulasi
perifer adekuat (akral hangat).
- Tidak ditemukan adanya bising jantung.
- Tidak ada keluhan sesak dan palpitasi.
- Aktifitas
klien tanpa keluhan mudah lelah.
Tindakan
:
1. Monitor tekanan darah, denyut nadi, pernafasan,
dan bunyi nafas. Kaji edema perifer, distensi vena yugularis, toleransi
terhadap aktifitas (Peningkatan hormon tiroid akan meningkatkan HR, stroke
volume, dan peningkatan kebutuhan oksigen, yang kemudian jantung mengalami tekanan/dorongan/stres.
Dan kondisi ini juga
mengakibatkan terjadinya hipertensi, aritmia, takikardia, dan CHF).
2. Ciptakan lingkungan yang nyaman dan bebas
dari gangguan. Penurunan stress dapat dilakukan dnegan cara memberikan
penjelasan pada setiap intervensi yang dilakukan agar tetap kooperatif dan
mempertahankan relaksasi (lingkungan
yang tenang akan mengakibatkan kenyaman fisik dan psikologis akibat
menurunnya stimulus dan stressor. Stress akan meningkatkan sirkulasi
katekolamin yang akan meningkatkan beban kerja jantung).
3. Aktifitas yang seimbang dengan periode
istirahat (Periode istirahat akan menurunkan kebutuhan energy jaringan melalui kebutuhan oksigen, dan penurunan
kebutuhan kerja jantung akan menurunkan beban kerja jantung).
- Gangguan persepsi sensorik : Penglihatan
Perubahan
penglihatan yang terjadi pada klien hipertiroidisme meliputi adanya kesukaran
dalam memfokuskan penglihatan, diplopia, atau kehilangan penglihatan. Jika
klien tidak dapat menutup kelopak matanya akibat exopthalmos akan berisiko
kornea akan mengalami kekeringan dan mengakibatkan infeksi atau injury lainnya.
Penurunan ketajaman penglihatan terjadi akibat tekanan pada saraf optikus
akibat adanya edema retro-orbital.
Tujuan
:
Klien
akan mengungkapkan kemampuan mengidentifikasipersepsi objek secara tepat, dengan kriteria :
a.
Visus dalam batas
normal.
b. Klien mempersepsikan objek dengan tepat.
c.
Tidak ditemukan adanya kekeringan lensa.
Tindakan :
1.
monitor ketajaman penglihatan : photophobia,
integritas kornea, dan penutupan kelopak mata( edema pada bagian belakang
bola mata dan otot ekstraokuler akan mengakibatkan penekanan bola mata kedepan
yang menyebabkan penutupan mata oleh kelopak mata tidak sempurna,
menyebabkan kornea berisiko mengalami kekeringan, injury, konjuntivitis, dan
infeksi kornea. Injury dan infeksi pada kornea menyebabkan klien akan
kehilangan ketajaman penglihatan).
2.
Ajarkan klien untuk menggunakan alat bantu mata yang
dapat mencegah terjadinya injury dan mempertahankan ketajaman penglihatan ,
seperti :
a.
menggunakan kacamata proteksi.
b.
Menggunakan cairan tetes mata untuk tetap
mempertahankan kelembaban mata.
c.
Gunakan kompres basah pada mata untuk mencegah iritasi.
d.
Tutup mata dengan kasa terutama saat tidur (jika
kelopak mata tidak tertutup).
e. Tidur dengan bagian kepala ditinggikan.
f. Segera laporkan bila terasa nyeri pada
bola mata dan adanya perubahan penglihatan.
(Tindakan di atas akan
menurunkan risiko injury, memberikan rasa nyaman, menurunkan edema periorbital
yang menggangu penglihatan, dan segera menangani bila terjadi masalah/
mengurangi risiko risiko kehilangan ketajaman penglihtan).
3. Risiko gangguan nutrisi : Kurang dari
kebutuhan.
Keadaan hipermetabolisme yang terjjadi
pada klien hipertiroidisme akan menyebabkan hipermotilitas gastrointestinal,
diare dan abdominal pain. Walaupun klien mungkin nafsu makannya meningkat
tetapi tetap saja klien kehilangan berat badan.
Tujuan ;
Klien akan menunjukkan
kemampuan mengkonsumsi makanan secara adekuat guna mengembalikan berat badan
idealnya.
Kriteria hasil :
1.
Peningkatan berat badan secara bermakna (0.5
kg/minggu).
2. Pemeriksaan albumin serum dalam batas
normal.
3.
nafsu makan meningkat
4.
Tidak ada keluhan muntah dan mual.
Tindakan :
1. Timbang
berat badan setiap hari (pada waktu yang sama), dan catat hasilnya (ketidakmampuan
memenuhi kebutuhan metabilisma akan mengakibatkan kehilangan berat badan. Monitoring secara teratur berat badan
merupakan upaya untuk mendeteksi keberlangsungan kehilangan berat badan).
2.
Kolaborasi
dengan dietitian, informasikan pada klien untuk mengkonsumsi makanan yang
disediakan dalam bentuk tinggi karbohidrat dan tinggi protein. Intake kalori
yang dibutuhkan pada kehilangan berat badan 10%-20% sebanyak 4000 kcl per hari
(meningkatnya nutrisi klien akan memenuhi kebutuhan metabolisme. Klien
sering menunjukan intake makanan yang baik pada kondisi hipertiroidisme).
3.
Monitor status nutrisi melalui pemeriksaan
laboratoirum (serum albumin, hitung jenis lekosit terutama limposit. Bila
ini rendah menunjukkan terjadinya defisit nutrisi).
4. Gangguan
citra tubuh :
Klien
dengan hipertiroidisme akan meningkat risiko gangguan citra tubuh. Perubahan
fisik dari yang biasanya misalnya adanya exopthalmos, goiter, tremor, rambut
mudah gugur, keringat yang berlebihan, penurunan kekuatan otot, kelelahan,
penurunan berat badan, perobahan fungsi seksualitas, insomnia, nervous dan
kecemasan yang terjadi saecara terus menerus.
Tujuan ;
Klien akan mendemostrasikan penyesuaian
terhadap perubahan fisik yang terjadi pada dirinya yang ditandai dengan klien
berpartisipasi secara aktif dalam aktifitas rawat diri dan berinteraksi secara
positif dengan orang lain.
Kriteria hasil :
- Klien
berpartisipasi aktif dalam aktifitas ADL.
- Klien
berkomunikasi secara efektif dengan petugas kesehatan dan keluarganya.
- melaksanakan aktifitas sesuai program.
- Klien mengungkapkan perasaan secara positif.
Tindakan :
1.
Mempertahankan hubungan saling percaya dengan
klien, dorong klien mengungkapkan secara verbal tentang perasaannya, dan jawab
pertanyaan sehubungan dengan penyakit dan pengobatannya. Berikan informasi
dengan benar dan klarifikasi terhadap kesalahan pemahamannya (citra tubuh
adalah persepsi seseorang terhadap dirinya, termasuk yang berhubungan dengan
keadaan permukaan tubuhnya dan bagian yang lebih dalam yang mempengaruhi
sikapnya.Perubahan citra tubuh secara menetap akan mempengaruhi persepsinya
dan perawat yang dapat ditandai
dengan danya penolakan klien terhadap diagnosa penyakitnya, informasi yang
diberikan serta pengobatan yang diterimanya).
2.
Sarankan agar anggota keluarga memberikan dukungan
yang positif, dan jawab bila keluarga mengajukan pertanyaan sehubungan dengan
keadaan klien. Jelaskan pengaruh penyakit terhadap kondisi fisik dan
emosionalnya (Perasaan seseorang harus diidentifikasi sebelum mereka ikut
dilibatkan dalam asuhan keperawatan klien. Anggota keluarga termasuk orang yang
dekat dengan klien)dapat merupakan sumber pendukung dalam upaya adaptasi klien
terhadap penyakitnya, tetapi terlebih dahulu diberikan pemahaman tentang
perilaku klien dan perubahan fisik/psikologis yang terjadi pada klien).
Diagnosa
Keperawatan lainnya :
- Hiperthermia berhubungan dengan peningkatan metabolisme dan produksi suhu.
- Intoleransi
aktifitas berhubungan dengan kelemahan otot dan kelelahan.
- Kecemasan
berhubungan dengan defisit pengetahuan tentang pengaruh hipertiroidisme
dan pengobatan yang lama.
- Risiko
defisit volume cairan berhubungan dengan diare dan keringat yang
berlebihan.
- Gangguan
pola tidur berhubungan dengan kegelisahan akibat meningkatnya metabolisme
tubuh.
BAHAN RUJUKAN
1.
Alexander (1995). Care of the patient in surgery.
(10th ed), St.Louis : Mosby.
2.
Doenges, Moorehouse, dan Geissler (1993). Nursing
care plans : Guidelines for planning and documenting patient care. (3rd
ed), Philadelphia
: F.A.Davis Company.
3.
Hudak, Gallo dan Morton (1997). Critical care
nursing : A holistic approach. (7th ed), Philadelphia : Lippincott.
4.
LeMone dan Burke (1996). Medical-Surgical Nursing :
Critical thinking in client care, California
: Addison-Wesley.
5.
Luckman (1996). Core
principles and practice of medical-surgical nursing, Philadelphia : W.B.Saundfers Company.
6.
Mardiati (2000). Faal endokrin. Jakarta ; C.V.Sagung Seto.
7. Rumahorbo (1997). Asuhan keperawatan
klien dengan gangguan sistem endokrin, jakarta : EGC.
KASUS
Ny.X. 33 tahun,
mempunyai 4 orang anak. Dia masih belajar diperguruan tinggi. Mulai 3 bulan
yang lalu ny.X. merasa selalu lapar dan makan berlebihan, tetapi dia kehilangan
berat badan sebanyak 6.8 kg. Dia juga mengalami diare dan sering mual. Gerakan
tangan tidak terkontrol, merasa jantungnya berdebar dan kadang-kadang tertawa
dan menangis tanpa sebab yang jelas.
Setelah kunjugan keluarga, dilakukan pemeriksaan
laboratorium dan kemudian dokter mendiagnosa Graves’Desease. Perawat A
melakukan pengakajian pada Ny.X.. Dia mencatat Ny.X. nampak lemah, dan cemas.
Perawat A menanyakan apa yang dirasakan oleh klien, lalu Ny.X. menjawab bahwa
ia merasa mau mati saja, lapar dan
merasa tubuhnya hangat. Lalu mengatakan kepada Perawat A bahwa apakah anda
mempertimbangkan agar saya dapat makan dan suhu badan menjadi normal kembali.
Pada pengkajian :
Riwayat masuk dengan nafsu makan meningkat,
kehilangan berat badan 6.8 kg., klien mengalami diare, nausea, palpitasi, suhu
badan meningkat, dan perubahan perasaan (mood).
Pada pengkajian fisik : T : 38.3 , BP : 162/86,
denytu nadi : 110, RR : 24. kulit lembab dan hangat, rambut jarang, nampak
tremor pada tangan, mata menonjol dan dia tidak dapat menutup matanya secara
sempurna. Tiroid membesar dan dapat dipalpasi.
Test diagnostik : T3 : 350 g/dL (N : 80-200
ng/dL), T4 : 15.1 mg/dL(N: 5 –
12 mg/dL). Hasil scanning tiroid
menunjukkan pembesaran tiroid dengan meningkatnya uptake iodine.
Setelah
ditetapkan diagnosa medis mulai Ny.X menggunakan obat propylthiouracil 150 mg
secara oran dan
setiap 8 jam.
Tugas :
- tentukan diagnosa keperawatan dan data pendukungnya.
- Buat rencana asuhan keperawatan masing-masing diagnosa keperawatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar