Kamis, 27 September 2012

BHD (Bantuan Hidup Dasar)


BHD (Bantuan Hidup Dasar)

A.Definisi Pertolongan Pertama
Tindakan sementara pada seseorang yang mengalami kecelakaan atau sakit mendadak sebelum pertolongan dilakukan di rumah sakit (biasanya sih waktu kecelakaan kendaraan gitu, bisa juga jatuh dari gedung tinggi, tenggelam/kelelep, sakit yang membuat korban tiba-tiba jatuh pingsan dan butuh oksigen, atau pada bencana alam).
Ada 5 hal yang perlu diperhatikan dalam menghadapi atau menanggulangi masalah pada pertolongan pertama, yaitu:
• Jangan panik
• Jangan emosional
• Jangan tergesa-gesa
• Jangan mendramatisai
• Jangan putus asa
Prinsip utama pada pertolongan utama:
1. Cermat: tenang dan tidak panik
2. Cepat : tidak tertunda dan hati-hati
3. Tepat : Cara yang diterapkan tidak menyimpang dari kaidah langkah-langkah P3K
B. Langkah-Langkah BHD (Bantuan Hidup Dasar)
Kondisi gawat darurat: prioritas pertolongan utama, A-B-C:
1. Air-Way: bebaskan jalan nafas
2. Breathing: beri nafas bantuan (+ oksigen)
3.Circulation: pijat jantung (kompresi jantung, untuk sirkulasi)
Harus dilakukan SEGERA di tempat kejadian.
Berikut Langkah-Langkah Yang Harus Anda Lakukan:
·         Langkah 1
Proteksi diri (bisa juga memakai masker, handscon, kacamata gugle dll)
·         Langkah 2
Amankan Lingkungan, pindahkan pasien ketempat yang aman dari bahaya atau yang kondusif untuk melakukan pertolongan.
Maksudnya, jangan pas mau nolong, eh dibelakang kita ada api atau pohon yg mau roboh..
·         Langkah 3
Cek kesadaran korban, periksa kesadaran korban dengan menepuk bahu dan memanggil dengan suara keras.
Misalnya manggil gini :“pak,pak..masih sadar gak?”, atau “buk, buk masih bisa dengar saya?“..kalo dia jawab dan suaranya kedengaran jelas,berarti sadar dong..hehe..kalo masih ga sadar juga perlu bantuan nafas dan rjp..
Kalo dia gak sadar ato sadar tp sayup sayup,lanjutkan langkah selanjutnya aja..
·         Langkah 4
Meminta bantuan (telpon Ambulans, dokter, etc), sebut lokasi kejadian dan keadaan korban dengan jelas, dan minta warga lain siapa tau ada yg bisa bantuin nolong..
·         Langkah 5
- Posisi korban: letakan di lantai atau alas yang keras dan rata (memudahkan kita melakukan resustasi jantung paru [rjp] nantinya gan).
- Posisi penolong: berada di sebelah kanan pasien,dengan posisi kaki diantara dua bahu korban (supaya tidak memakan waktu dan menghabiskan tenaga untuk pindah2 tempat)
·         Langkah 6
A. Airway
Bebaskan jalan nafas dari sumbatan pangkal lidah,
- Cross finger (jempol dan telunjuk menyilang untuk membuka mulut, sedangkan jari tengah ato jari pada tangan laen digunakan untun membersihkan mulut (finger sweep)
- Finger sweep (membersihkan mulut pasien) dengan kasa atau kain. Jangan menggunakan tisu! Karena tisu mudah menyerap air (meluber).
Membuka jalan nafas (tanpa alat) :
- Head tilt (tengadah kepala)
- Chin lift (topang dagu)
- Jaw thrust (angkat rahang bawah. Dilakukan pada pasien dugaan cedera leher, misalnya jatuh dari lantai atas)
·         Langkah 7
B. Breathing
- Periksa apakah korban bernafas!
- Look, Listen and Feel!
- Posisi tetap chin lift & head tilt
- Dekatkan pipi penolong kemulut dan hidung korban, mata penolong
melihat ke dada.
*Benda Masuk Hidung
- jangan mencoba mengorek benda tersebut dengan jari
- jungkirkan bayi/anak tsb dengan memegang kaki nya, punggung ditepuk2 diantara kedua belikat.
·         Langkah 8
Jika korban TIDAK BERNAFAS:
- Lakukan ventilasi inisial (nafas buatan) sebanyak 2x (cepat dan dalam)
Hayoo..jangan mikir yang macem-macem kalo masalah ini. hehe..kalo keadaan darurat, mau mulutnya bau, mau wangi hajaar aja..kecuali kalo ada alat bantu nafas, gak usah lagi mouth to mouth.. tapi kalau cewek cantik gimana? pastinya paling demen nih anda lakuin langkah ke 8 ini..wkwkwkkk :P
·         Langkah 9
C. Check Circulation (cek nadi)
-> Cek nadi karotis (1,5-2cm dari bagian tengah leher ke arah lateral/nyamping)
Tahan 5-10 detik.
·         Langkah 9.1
jika nadi ada, tetapi nafas tidak ada :
- Lakukan nafas buatan sebanyak 12x/menit ( posisi leher pasien ekstensi (head tilt), tutup hidung pasien)
- Cek pernafasan dengan LLF (look, listen, feel)
- Jika tidak ada lakukan lagi ventilasi buatan sebanyak 12x/menit
- Cek pernafasan dengan LLF (look, listen, feel)
- Jika masih tidak ada, maka lakukan evaluasi total (A.B.C)
Bila kemungkinan jalan nafas masih tersumbat, cek lagi pernafasan
- Jika tidak ada,lakukan lagi ventilasi, jika ada cek lagi nadi karotis
- Jika ada maka-> PAS (recovery position)
·         Langkah 9.2
Jika nadi tidak ada:
- Lakukan kompresi jantung luar dengan perbandingn 30:2 (30x kompresi dan 2x nafas buatan) sebanyak 5 siklus
- Cek Nadi
- Jika tidak ada lakukan lagi kompresi dengan perbandingn 30:2 selama 5 siklus.
Melakukan kompresi
1.Letakkan dua jari kita ke ulu hati (kalo bahasa awamnya), tp kalo bahasa kerennya itu ‘procesus xipoideus’..
2.Lalu letakkan telapak tangan kita di atas dua jari itu (diatas ulu ati)
3.Kepalkan tangan diatas tangan satunya..
4.Kompresi (menekan secara berulang) dibagian itu selama 30x, dg posisi tangan tegak lurus, karena menumpu pada bahu, jadi usahakan bahu tegap)
5.setelah 30x, berikan 2 kali nafas buatan, lanjut lagi 30x kompresi, dan begitu seterusnya sampai 5 siklus..
ini bisa dilakukan bergantian (bila ada 2 penolong) bila salah satu penolong lelah, pergantian dilakukan pada saat menghitung..misal:”25,26 ganti -> penolong lain langsung menggantikan,trus dilanjutkan dg cepat, 27, 28, 29, 30..
*Perlu diingat penekanan atau kompresi itu sesuaikan dg korbannya, jangan kuat2 tekennya kalo korbannya kecil..hehe..dan memang keahlian ini mesti dilatih dulu..

setelah 5 siklus..
- Cek nadi, jika ada maka cek pernapasan(LLF)
- Jika tidak ada lakukan ventilasi buatan 12x/menit, begitu seterusnya gan (cek nadi, cek nafas)
- Jika ada-> PAS (recovery position) miring ke kiri
Catatan :
kompresi kedalamnya 4-5 cm
Dewasa: dua tangan
Anak2 : satu tangan
Bayi : 2 jari
masih ada pertimbangan lain sebelum melakukan pertolongan pertama ini, misalnya patah tulang rusuk, dll..
Bantuan dihentikan jika :
- Penolong sudah lelah
- Bantuan sudah datang
- Pasien sudah sadar
- Pasien sudah meninggal (Lihat pupil mata, akan melebar jika sudah
meninggal)
buat yang males baca, aku kasih nih kesimpulannya lewat gambar. mudah-mudahan mengerti.. hehee :P
akhirnya beresss juga… semoga bermanfaat untuk anda semua… :D
Share
PENDAHULUAN
         
            Usaha yang dilakukakn untuk mempertahankan kehidupan pada saat pasien atau korban mengalami keadaan yang mengancam jiwa dikenal dengan Bantuan Hidup Dasar/Basic Life Support (BLS). Sedangkan bantuan yang diberikan pada pasien /korban yang dilakukan dirumah sakit  sebagai kelanjutan  dari BHD disebut Bantuan Hidup Lanjut/Advance Cardiac Life Support (ACLS). 
            Yang dilakukan pada saat pertama kali menemukan pasien/korban adalah melakukan penilaian dini. Jika dalam penilaian dini penolong menemukan gangguan pada salah satu dari tiga komponen ini:
  1. Tersumbatnya jalan nafas
  2. Tidak menemukan adanya nafas
  3. Tida ada nadi
Maka penolong harus segera melakukan tindakan Bantuan Hidup dasar

 SISTEM PERNAFASAN DAN SIRKULASI
            Tubuh manusia terdiri dari beberapa sistem, diantaranya yang utama adalah sistem pernafasn dan sistem sirkulasi
Kedua sistem ini meruapakan komponen utama dalam mempertahankan hidup.Terganggunya salah satu fungsi ini dapat mengakibatkan ancaman kehilangan nyawa. Tubuh dapat menyimpan makanan untuk beberapa minggu dan menyimpan air untuk beberapa hari, tetapi hanya dapat menyimpan oksigen (O²)  untuk beberapa menit saja.
Sistem pernafasan  mensuplai oksigen kedalam tubuh sesuai dengan kebutuhan dan juga mengeluarkan karbondioksida (CO²). Sistem sirkulasi inilah yang bertanggungjawab memberikan suplai oksigen dan nutrisi keseluruh jaringan tubuh.


                                               

                                                                           
Komponen-komponen yang berhubungan dengan sirkulasi adalah:
  1. Jantung
  2. Pembuluh Darah ( Arteri, Vena, Kapiler)
  3. Darah dan kompone-komponennya.
            Jantung berfungsi untuk memompa darah dan kerjanya sangat berhubungan erat dengan sistem pernafasan, pada umumnya semakin cepat kerja jantung semakin cepat pula frekuensi pernafasan dan sebaliknya.
Jantung dapat berhenti bekerja karena banyak sebab,diantaranya:
  1. Penyakit jantung
  2. Gangguan pernafasan
  3. Syok
  4. Komplikasi penyakit lain: Stroke
  5. Penurunan kesadaran

Beberapa istilah yang berhubungan dengan keadaan sistem pernafasan dan sistem sirkulasi yang terganggu:
MATI
Dalam istilah kedokteran dikenal dengan dua istilah untuk mati: mati klinis dan mati biologis

Mati Klinis
           Tidak ditemukan adanya pernafasan dan denyut nadi.Mati klinis dapat reversible.Pasien /korban mempunyai kesempatan waktu selama 4-6 menit untuk dilakukan resusitasi,sehingga memberikan kesempatan kedua sistem tersebut berfungsi kembali.

Mati Biologis
           Terjadi kematian sel, dimana kematian sel dimulai terutama sel otak dan bersifat irreversible, biasa terjadi dalam waktu 8 – 10 menit dari henti jantung.


                                                                      
Apabila Bantuan Hidup Dasar dilakukan cukup cepat, kematian mungkin dapat dihindari seperti tampak pada tabel di bawah ini:
Keterlambatan                                                 Kemungkinan berhasil
           1 menit                                                             98 dari 100
           2 menit                                                             50 dari 100
         10 menit                                                                           1 dari 100

Tanda-tanda pasti bahwa pasien/korban sudah mengalami kematian :
Lebam mayat
Muncul sekitar 20 – 30 menit setelah kematian, darah akan berkumpul pada bagian tubuh yang paling rendah akibat daya tarik bumi. Terlihat sebagai warna ungu pada kulit.

Kaku mayat
Kaku pada tubuh dan anggota gerak setelah kematian. Terjadi 1- 23 jam kematian

Tanda lainnya : cedera mematikan
Cedera yang bentuknya begitu parah sehingga hampir dapat dipastikan pasien/korban tersebut tidak mungkin bertahan hidup.

Pasien/korban mengalami henti nafas dan henti jantung mempunyai harapan hidup lebih baik jika semua langkah dalam ”rantai penyelamatan” (Chain of Survival) dilakukan. Rantai ini diperkenalkan oleh AHA (American Heart Association) :
1.      Kecepatan dalam permintaan bantuan
2.      Kecepatan dalam melakukan RJP
3.      Kecepatan dalam melakukan Defibrilasi
4.      Kecepatan dalam pertolongan Hidup Lanjut di RS (Advance Cardiac Life Support)   




                                                                       
INDIKASI
  1. Henti Nafas
Henti nafas adalah berhentinya pernafasan pada pasien/korban yang ditandai dengan tidak adanya gerakan dada dan aliran udara pernafasan dari pasien/korban. Merupakan kasus yang harus dilakukan Bantuan Hidup dasar. Henti nafas sendiri dapat disebabkan atau terjadi karena:
w    Tenggelam
w        Stroke
w        Obstruksi jalan nafas
w        Epiglositis
w        Overdosis karena obat
w        Tersengat listrik
w        Infark miokard
w        Tesambar petir
w        Koma akibat berbagai macam kasus

      Pada saat awal terjadinya henti nafas oksigen(O²) masih beredar dalam darah untuk beberapa menit dan jantung masih berdenyut sehingga darah masih disirkulasikan keseluruh tubuh termasuk organ vital lainya terutama otak. Bila pada keadaan ini diberikan bantuan nafas akan sangat bermanfaat dan dapat mencegah terjadinya henti jantung.

  1. Henti Jantung
Pada keadaan henti jantung sirkulasi berhenti.Keadaan ini dengan cepat menyebabkan otak dan organ vital lainnya kekurangan oksigen( O²) dan biasanya ditandai dengan tanda awal nafas yang tersengal-sengal atau
” air Hunger”.

                                                                 


                                                                 
Tujuan  dari bantuan hidup dasar sendiri, yaitu:
  1. Mencegah berhentinya sirkulasi atau berhentinya respirasi (nafas)
  2. Memberikan bantuan eksternal terhadap sirkukasi (fungsi jantung) dan ventilasi (fungsi pernafasan/paru) pada pasien/korban yang mengalami henti jantung atau henti nafas melalui Cardio Pulmonary Resuciation (CPR) atau Resusitasi Jantung Paru (RJP).   
Dalam melakukan RJP dibagi menjadi dua tahap:
a.       Survei Primer ( Primary Survey)
Dapat/boleh dilakukan oleh setiap orang ( orang awam) yang sudah dilatih BHD
b.      Survei Sekunder (Secondary survey)
Dilakukan oleh tenaga medis dan paramedis terlatih dan merupakan lanjutan dari survei primer (advance)

SURVEI PRIMER
           Survei ini difokuskan pada bantuan nafas dan sirkulasi serta defibrilasi. Untuk dapat mengingat dengan mudah tindakan pada survei primer ini dirumuskan dengan  huruf abjad : A, B, C, dan D.
A         airway             (jalan nafas)
B         breathing         (bantuan nafas)
C         circulation       (bantuan sirkulasi)
D        defibrillation   (terapi listrik)

           Sebelum melakukan tahapan A (airway) terlebih dahulu dilakukan prosedur awal pada pasien/korban, yaitu:
  1.  
    1. Memastikan keamanan lingkungan
Aman bagi penolong maupun aman bagi pasien/korban itu sendiri.

  1.  
    1. Memastikan kesadaran pasien/korban
Dalam memastikan pasien/korban dapat dilakukan dengan menyentuh atau menggoyangkan bahu pasien/korban dengan lembut dan mantap, sambil memanggil namanya atau Pak!!!/ Bu!!!!/ Mas!!!/Mbak!!!, dll.
                                                     
  1.  
    1. Meminta pertolongan
Bila diyakini pasien/korban tidak sadar atau tidak ada respon segera minta pertolongan dengan cara : berteriak ”tolong !!!!” beritahukan posisi dimana, pergunakan alat komunikasi yang ada, atau aktifkan bel/sistem emergency yang ada (bel emergency di rumah sakit).

  1.  
    1. Memperbaiki posisi pasien/korban
Tindakan BHD yang efektif bila pasien/korban dalam posisi telentang, berada pada permukaaan yang rata/keras dan kering.Bila ditemukan pasien/korban miring atau telungkup pasien/korban harus ditelentangkan dulu dengan membalikkan sebagai satu kesatuan yang utuh untuk mencegah cedera/komplikasi.

  1.  
    1. Mengatur posisi penolong
Posisi penolong berlutut sejajar dengan bahu pasien/korban agar pada ssat memberikan batuan nafas dan bantuan sirkulasi penolong tidak perlu banyak pergerakan.

Gambar 1
Cek kesadaran dan Aktifkan Sistem Emergensi











A  (AIRWAY) Jalan Nafas
Setelah melakukan tahap awal kemudian :
1.      Pemeriksaan Jalan Nafas
             Untuk memastikan jalan nafas bebas dari sumbatan karena benda asing. Bila sumbatan ada dapat dibersihkan dengan tehnik cross finger ( ibu jari diletakkan berlawan dengan jari telunjuk pada mulukorban)
Cara melakukan tehnik cross finger
a.       Silangkan ibu jari dan telunjuk penolong
b.      Letakkan ibu jari pada gigi seri bawah korban/pasien dan jari telinjuk pada gigi seri atas
c.       Lakukan gerakan seperti menggunting untuk membuka mulut pasien/korban.
d.      Periksa mulut setelah terbuka apakah ada cairan,benda asing yang menyumbat jalan nafas.

2.      Membuka Jalan Nafas
             Pada pasien/korban tidak sadar tonus otot menghilang, maka lidah dan epiglotis akan menutup farink dan larink sehingga menyebabkan sumbatan jalan nafas.Keadaan ini dapat dibebaskan dengan tengadah kepala topang dahi ( Head tild Chin lift) dan manuver pendorongan mandibula ( Jaw thrush manuver).



                                                                                                

Cara melakukan tehnik Head tilt chin lift
a.       Letakkan tangan pada dahi pasien/korban
b.      Tekan dahi sedikit mengarah ke depan dengan telapak tangan penolong.
c.       Letakkan ujung jari tangan lainnya dibawah bagian ujung tulang rahang pasien/korban
d.      Tengadahkan kepala dan tahan/tekan dahi pasien/korban secara bersamaan sampai kepala pasien/korban pada posisi ekstensi.

Cara melakukan tehnik jaw thrust manuver
a.       Letakkan kedua siku penolong sejajar dengan posisi pasien/korban
b.      Kedua tangan memegang sisi kepala pasien/korban
c.       Penolong memegang kedua sisi rahang
d.      Kedua tangan penolong menggerakkan rahang keposisi depan secara perlahan
e.       Pertahankan posisi mulut pasien/korban tetap terbuka

Gambar 3
Pembebasan Jalan Nafas






                                                

                                                                        
B  ( BREATHING) Bantuan Nafas
Terdiri dari 2 tahap :
1.Memastikan pasien/korban tidak bernafas
             Dengan cara melihat pergerakan naik turunya dada, mendengar bunyi nafas dan merasakan hembusan nafas, dengan tehnik penolong mendekatkan telinga diatas mulut dan hidung pasien/korban sambil tetap mempertahankan jalan nafas tetap terbuka. Dilakukan tidak lebih dari 10 detik

Gambar 4
Cek pernafasan

3.      Memberikan bantuan nafas
             Bantuan nafas dapat dilakukan melalui mulut ke mulut, mulut ke hidung, mulut ke stoma( lubang yang dibuat pada tenggorokan). Bantuan nafas diberikan sebanyak 2 kali, waktu tiap kali hembusan 1,5 – 2 detik dan volume 700 ml – 1000 ml (10 ml/kg atau sampai terlihat dada pasien/korban mengembang.Konsentrasi oksigen yang diberikan 16 – 17 %. Perhatikan respon pasien.

Cara memberikan bantuan pernafasan :
o       Mulut ke mulut
       Merupakan cara yang  cepat dan efektif. Pada saat memberikan penolong tarik nafas dan mulut penolong menutup seluruhnya mulut pasien/korban dan hidung pasien/korban harus ditutup dengan telunjuk dan ibu jari penolong.Volume udara yang berlebihan dapat menyebabkan udara masuk ke lambung
                                                      

                                                                  

Gambar 5
Pemberian nafas dari mulut ke mulut

o       Mulut ke hidung
       Direkomendasikan bila bantuan dari mulut korban tidak memungkinkan,misalnya pasien/korban mengalami trismus atau luka berat.Penolong sebaiknya menutup mulut  pasien/korban pada saat memberikan bantuan nafas.


Gambar 6
Pernafasan dari mulut ke hidung

o       Mulut ke stoma
       Dilakukan pada pasien/korban yang terpasang trakheostomi atau mengalami laringotomi.



                                                                  

Gambar 7
Pernafasan dari mulut ke stoma


C  (CIRCULATION)  bantuan sirkulasi
Terdiri dari 2 tahap :
1.      Memastikan ada tidaknya denyut jantung pasien/korban
                   Ditentukan dengan meraba arteri karotis didaerah leher pasien/korban dengan cara dua atau tiga jari penolong meraba pertengahan leher sehingga teraba trakea, kemudian digeser ke arah penolong kira-kira 1-2 cm, raba dengan lembut selam 5 – 10 detik. Bila teraba penolong harus memeriksa pernafasan, bila tidak ada nafas berikan bantuan nafas 12 kali/menit. Bila ada nafas pertahankan airway pasien/korban.

Gambar 8
Pemeriksaan denyut nadi









2.      Memberikan bantuan sirkulasi
                   Jika dipastikan tidak ada denyut jantung berikan bantuan sirkulasi atau kompresi jantung luar dengan cara:
o       Tiga jari penolong ( telunjuk,tengan dan manis) menelusuri tulang iga pasien/korban yang dekat dengan sisi penolong sehingga bertemu tulang dada (sternum)
o       Dari tulang dada (sternum) diukur 2- 3 jari ke atas. Daerah tersebut merupakan tempat untuk meletakkan tangan penolong.
o       Letakkan kedua tangan pada posisi tadi dengan cara menumpuk satu telapak tangan diatas telapak tangan yang lain.Hindari jari-jari menyentuh didnding dada pasien/korban.
o       Posisi badan penolong tegak lurus menekan dinding dada pasien/korban dengan tenaga dari berat badannya secara teratur sebanyak 15 kali dengan  kedalaman   penekanan 1,5 – 2 inchi ( 3,8 – 5 cm)
o       Tekanan pada dada harus dilepaskan dan dada dibiarkan mengembang kembali ke posisi semula setiap kali kompresi.Waktu penekanan dan melepaskan kompresi harus sama ( 50% duty cycle)
o       Tangan tidak boleh berubah posisi
o       Ratio bantuan sirkulasi dan bantuan nafas 15 : 2 baik oleh satu penolong maupun dua penolng.Kecepatan kompresi adalah 100 kali permenit. Dilakukan selama 4 siklu.

Gambar 9
Posisi tangan pada kompresi dada


Tindakan kompresi  yang benar akan menghasilkan tekanan sistolik 60 – 80 mmHg dan diastolik yang sangat rendah.Selang waktu mulai dari menemukan pasien/korban sampai dilakukan tindakan bantuan sirkulasi tidak lebih dari 30 detik.


D  (DEFIBRILATION)  terapi listrik
Terapi dengan memberikan energi listrik Dilakukan pada pasien/korban yang penyebab henti jantung adalah gangguan irama jantung. Penyebab utama adalah ventrikel takikardi atau ventrikel fibrilasi.Pada penggunaan orang awam tersedia alat Automatic External Defibrilation (AED) 


PENILAIAN ULANG
            Sesudah 4 siklus ventilasi dan kompresi kemudian pasien/korban dievaluasi kembali
  • Jika tidak ada denyut jantung dilakukan kompresi dan bantuan nafas dengan ratio 15 : 2
  • Jika ada nafas dan denyut  jantung teraba letakkan korban pada posisi  sisi mantap
  • Jika tidak ada nafas tetapi teraba denyut jantung, berikan bantuan nafas sebanyak 12 kali permenit dan monitor denyut jantung setiap saat.
  
ALUR BHD


PASTIKAN LINGKUNGAN AMAN


PASTIKAN KESADARAN KORBAN


MINTA PERTOLONGAN


PERBAIKI POSISI KORBAN


POSISI PENOLONG


                                   AIRWAY           Pertahankan airway        
                                              (Periksa jalan nafas)     Recovery position
        (Buka jalan nafas)


                                                 BREATHING         TIDAK  beri Nafas 12x/mnt
                (Pastikan ada/tidak nafas)

                                               

                                                ADA                            TIDAK
                                                                               
                                                                               

                                                                     Bantuan nafas 2 kali                                                                    


            CIRCULATION
          (Pastikan ada / tidak nadi)

                            
                             ADA                    TIDAK
                                               
                                                                               
                    BANTUAN SIRKULASI
                       (30 kali kompresi 2 kali blow)
                        dilakukan 5 kali siklus

                     Cek nadi



Bantuan Hidup Dasar (Basic Life Support) 
Apa yang akan anda lakukan jika anda menemukan seseorang yang mengalami kecelakaan atau seseorang yang terbaring di suatu tempat tanpa bernapas spontan? apakah anda dapat menentukan orang tersebut sudah mati ?
Seseorang yang mengalami henti napas ataupun henti jantung belum tentu ia mengalami kematian, mereka masih dapat ditolong. Dengan melakukan tindakan pertolongan pertama, seseorang yang henti napas dan henti jantung dapat dipulihkan kembali.
Tindakan pertolongan pertama yang dilakukan untuk memulihkan kembali seseorang yang mengalami henti napas dan henti jantung disebut bantuan hidup dasar, atau dalam istilah Inggris disebut Basic Life Support. 
Algoritma Bantuan Hidup Dasar
Ø   Jika menemukan seseorang (selanjutnya disebut penderita) dalam keadaan tidak sadar, lakukan :
  • Perhatikan keadaan sekitar. Perhatikan dahulu keselamatan diri anda sebelum menolong orang lain.
  • Periksa apakah penderita tersebut tidak responsif, lakukan dengan mengguncangkan tubuhnya atau panggil dengan nama sapaan.
  • Mintalah bantuan
Ø   Jika penderita tidak responsif, lakukan :
  • Mulailah ABC, yaitu :   
ü  A, Airway. Yang pertama harus dinilai adalah kelancaran jalan napas. Ini meliputi pemeriksaan adanya sumbatan jalan napas yang dapat disebabkan benda asing, fraktur tulang wajah, fraktur rahang bawah atau rahang atas, fraktur batang tenggorok. Usaha untuk membebaskan airway harus melindungi tulang leher. Dalam hal ini dapat dilakukan chin lift atau jaw thrust. Pada penderita yang dapat berbicara, dapat dianggap jalan napas bersih, walaupun demikian penilaian ulang terhadap airway harus tetap dilakukan.
ü  B, Breathing. Airway yang baik tidak menjamin ventilasi yang baik. Pertukaran gas yang terjadi pada saat bernapas mutlak untuk pertukaran oksigen dan mengeluarkan karbondioksida dari tubuh. Ventilasi yang baik meliputi fungsi yang baik dari paru, dinding dada, dan diafragma. Setiap komponen ini harus dievaluasi dengan cepat. Periksa breathing dengan cara Lihat, Dengar, dan Rasakan.
 Ø   Jika penderita bernapas :
ü  Jika pernapasannya optimal dengan frekuensi normal, tempatkan penderita pada posisi pemulihan.
ü  Jika pernapasannya tidak optimal dan frekuensinya lebih cepat atau lebih lambat dari normal, lakukan tiupan napas dengan 1 tiupan setiap 5 detik.
ü  Periksa denyut nadi pada daerah samping leher, tiap 30 sampai 60 detik.
Ø   Jika penderita tidak bernapas :
ü  Lakukan pernapasan dari mulut ke mulut (mouth to mouth) atau dari mulut ke hidung (mouth to nose), dengan tiupan napas perlahan. Lakukan 2 detik per tiupan napas.
ü  Periksa C (Circulation), dengan cek denyut nadi.
Ø   Penderita dengan sirkulasi :
ü  Mulai lakukan pernapasan buatan, 1 tiupan napas tiap 5 detik.
ü  Monitor terus denyut nadi tiap 30 sampai 60 detik.
Ø   Penderita tanpa sirkulasi :
ü  Mulailah kompresi dada
ü  Kombinasikan kompresi dan pernapasan buatan (disebut resusitasi jantung paru)
ü  Lakukan dengan 15 kompresi dan 2 tiupan napas.
Ø   Lakukan terus kompresi dan pernapasan buatan sampai ditemukan adanya denyut nadi dan pernapasan spontan dari penderita.
ü  Anda merasa lelah.
ü  Bantuan dari petugas kesehatan datang.
Ø   Jika penderita masih terus mengalami henti napas dan henti jantung, lakukan terus tindakan diatas sampai :
Ø   Jika penderita masih terus mengalami henti napas dan henti jantung, lakukan terus tindakan diatas sampai :
ü  Anda merasa lelah.
ü  Bantuan dari petugas kesehatan datang