Jumat, 30 November 2012

ABSES HEPAR

A.    KONSEP MEDIK

1.           Definisi

a.       Abses adalah pengumpulan cairan nanah tebal, berwarna kekuningan disebabkan oleh bakteri, protozoa atau invasi jamur kejaringan tubuh. Abses dapat terjadi di kulit, gusi, tulang, dan organ tubuh seperti hati, paru-paru, bahkan otak, area yang terjadi abses berwarna merah dan menggembung, biasanya terdapat sensasi nyeri dan panas setempat (Microsoft Encarta Reference Library, 2005)
b.      Abses hati adalah bentuk infeksi pada hati yang disebabkan karena infeksi bakteri, parasit, jamur maupun nekbrosis steril yang bersumber dari sistem gastrointestinal yang ditandai dengan adanya proses supurasi dengan pembentukan pus di dalam parenkim hati. Dan sering timbul sebagai komplikasi dari peradangan akut saluran empedu.(Robins,etal,2006).
c.       Abses hepar adalah rongga berisi nanah pada hati yang diakibatkan oleh infeksi (kamus Kedokteran, 2005).
d.      Abses hati adalah bentuk infeksi pada hati yang disebabkan karena infeksi bakteri, parasit, jamur maupun nekbrosis steril yang bersumber dari sistem gastrointestinal yang ditandai dengan adanya proses supurasi dengan pembentukan pus di dalam parenkim hati. Dan sering timbul sebagai komplikasi dari peradangan akut saluran empedu (Anggunweb, 2010)
e.       Jadi Abses hepar adalah rongga berisi nanah pada hati yang diakibatkan oleh infeksi. Abses hati adalah bentuk infeksi pada hati yang disebabkan karena infeksi bakteri, parasit, jamur maupun nekrosis steril yang bersumber dari sistem gastrointestinal

2.    Anatomi dan Fisiologi

         Hati merupakan organ terbesar dalam tubuh manusia, mempunyai berat sekitar 1.5 kg. Walaupun berat hati hanya 2-3% dari berat tubuh, namun hati terlibat dalam 25-30% pemakaian oksigen. Sekitar 300 milyar sel-sel hati terutama hepatosit yang jumlahnya kurang lebih 80%, merupakan tempat utama metabolisme intermedier (Koolman, J & Rohm K.H, 2005)
Hati manusia terletak pada bagian atas cavum abdominis, dibawah diafragma, dikedua sisi kuadran atas, yang sebagian besar terdapat pada sebelah kanan. Beratnya 1200-1600 gram. Permukaan atas terletak bersentuhan dibawah diafragma, permukaan bawah terletak bersentuhan di atas organ-organ abdomen. Hepar difiksasi secara erat oleh tekanan intraabdominal dan dibungkus oleh peritonium kecuali di daerah posterior-posterior yang berdekatan dengan vena cava inferior dan mengadakan kontak langsung dengan diafragma.
Hepar dibungkus oleh simpai yang tebal, terdiri dari serabut kolagen dan jaringan elastis yg disebut Kapsul Glisson. Simpai ini akan masuk ke dalam parenchym hepar mengikuti pembuluh darah getah bening dan duktus biliaris.
Massa dari hepar seperti spons yg terdiri dari sel-sel yg disusun di dalam lempengan-lempengan/ plate dimana akan masuk ke dalamnya sistem pembuluh kapiler yang disebut sinusoid. Sinusoid-sinusoid tersebut berbeda dengan kapiler-kapiler di bagian tubuh yang lain, oleh karena lapisan endotel yang meliputinya terediri dari sel-sel fagosit yg disebut sel kupfer. Sel kupfer lebih permeabel yang artinya mudah dilalui oleh sel-sel makro dibandingkan kapiler-kapiler yang lain .Lempengan sel-sel hepar tersebut tebalnya 1 sel dan punya hubungan erat dengan sinusoid.
Pada pemantauan selanjutnya nampak parenkim tersusun dalam lobuli-lobuli Di tengah-tengah lobuli tdp 1 vena sentralis yg merupakan cabang dari vena-vena hepatika (vena yang menyalurkan darah keluar dari hepar).Di bagian tepi di antara lobuli-lobuli terhadap tumpukan jaringan ikat yang disebut traktus portalis/ TRIAD yaitu traktus portalis yang mengandung cabang-cabang v.porta, A.hepatika, ductus biliaris.Cabang dari vena porta dan A.hepatika akan mengeluarkan isinya langsung ke dalam sinusoid setelah banyak percabangan Sistem bilier dimulai dari canaliculi biliaris yang halus yg terletak di antara sel-sel hepar dan bahkan turut membentuk dinding sel. Canaliculi akan mengeluarkan isinya ke dalam intralobularis, dibawa ke dalam empedu yg lebih besar , air keluar dari saluran empedu menuju kandung empedu. (Kelompok Diskusi Medikal Bedah, Universitas Indonesia)
      Hati merupakan pusat dari metabolisme seluruh tubuh, merupakan sumber energi tubuh sebanyak 20% serta menggunakan 20 – 25% oksigen darah. Ada beberapa fungsi hati yaitu :
a.       Fungsi hati sebagai metabolisme karbohidrat
Pembentukan, perubahan dan pemecahan KH, lemak dan protein saling berkaitan 1 sama lain. Hati mengubah pentosa dan heksosa yang diserap dari usus halus menjadi glikogen, mekanisme ini disebut glikogenesis. Glikogen lalu ditimbun di dalam hati kemudian hati akan memecahkan glikogen menjadi glukosa. Proses pemecahan glikogen mjd glukosa disebut glikogenelisis.Karena proses-proses ini, hati merupakan sumber utama glukosa dalam tubuh, selanjutnya hati mengubah glukosa melalui heksosa monophosphat shunt dan terbentuklah pentosa. Pembentukan pentosa mempunyai beberapa tujuan: Menghasilkan energi, biosintesis dari nukleotida, nucleic acid dan ATP, dan membentuk/ biosintesis senyawa 3 karbon (3C)yaitu piruvic acid (asam piruvat diperlukan dalam siklus krebs).
b.      Fungsi hati sebagai metabolisme lemak.
Hati tidak hanya membentuk / mensintesis lemak tapi sekaligus mengadakan katabolisis asam lemak. Asam lemak dipecah menjadi beberapa komponen :
1.      Senyawa 4 karbon – KETON BODIES
2.      Senyawa 2 karbon – ACTIVE ACETATE (dipecah menjadi asam lemak dan gliserol)
3.      Pembentukan cholesterol
4.      Pembentukan dan pemecahan fosfolipid
Hati merupakan pembentukan utama, sintesis, esterifikasi dan ekskresi kholesterol. Dimana serum Cholesterol menjadi standar pemeriksaan metabolism lipid
c.       Fungsi hati sebagai metabolisme protein
Hati mensintesis banyak macam protein dari asam amino. dengan proses deaminasi, hati juga mensintesis gula dari asam lemak dan asam amino. Dengan proses transaminasi, hati memproduksi asam amino dari bahan-bahan non nitrogen. Hati merupakan satu-satunya organ yg membentuk plasma albumin dan ∂ - globulin dan organ utama bagi produksi urea.Urea merupakan end product metabolisme protein.∂ - globulin selain dibentuk di dalam hati, juga dibentuk di limpa dan sumsum tulang β – globulin hanya dibentuk di dalam hati.albumin mengandung ± 584 asam amino dengan BM 66.000
d.      Fungsi hati sehubungan dengan pembekuan darah
Hati merupakan organ penting bagi sintesis protein-protein yang berkaitan dengan koagulasi darah, misalnya: membentuk fibrinogen, protrombin, faktor V, VII, IX, X. Benda asing menusuk kena pembuluh darah – yang beraksi adalah faktor ekstrinsi, bila ada hubungan dengan katup jantung – yang beraksi adalah faktor intrinsik.Fibrin harus isomer biar kuat pembekuannya dan ditambah dengan faktor XIII, sedangakan Vit K dibutuhkan untuk pembentukan protrombin dan beberapa faktor koagulasi.
e.       Fungsi hati sebagai metabolisme vitamin
Semua vitamin disimpan di dalam hati khususnya vitamin A, D, E, K
f.       Fungsi hati sebagai detoksikasi
Hati adalah pusat detoksikasi tubuh, Proses detoksikasi terjadi pada proses oksidasi, reduksi, metilasi, esterifikasi dan konjugasi terhadap berbagai macam bahan seperti zat racun, obat over dosis.
g.      Fungsi hati sebagai fagositosis dan imunitas
Sel kupfer merupakan saringan penting bakteri, pigmen dan berbagai bahan melalui proses fagositosis. Selain itu sel kupfer juga ikut memproduksi ∂ - globulin sebagai imun livers mechanism.
h.      Fungsi hemodinamik
Hati menerima ± 25% dari cardiac output, aliran darah hati yang normal ± 1500 cc/ menit atau 1000 – 1800 cc/ menit. Darah yang mengalir di dalam a.hepatica ± 25% dan di dalam v.porta 75% dari seluruh aliran darah ke hati. Aliran darah ke hepar dipengaruhi oleh faktor mekanis, pengaruh persarafan dan hormonal, aliran ini berubah cepat pada waktu exercise, terik matahari, shock.Hepar merupakan organ penting untuk mempertahankan aliran darah
 

3.    Etiologi

 Abses Hati Amebik (AHA) merupakan infeksi Hepar oleh Amuba yang menghasilkan bentuk pus. Dari semua spesies amuba, hanya Entamoeba Hystolitica yang patogen terhadap manusia. Infeksi dari organisme ini biasanya terjadi setelah menelan air atau sayuran yang terkontaminasi, selain itu transmisi seksual juga dapat terjadi. Kista adalah bentuk infektif dari organisme ini yang dapat bertahan hidup di feses, tanah atau air yang sudah diberi klor. Infeksi amuba ini umumnya terjadi pada daerah dengan sanitasi yang buruk yang hal ini dapat dilihat pada negara-negara berkembang dengan suplai air yang terkontaminasi dan higiene perorangan yang jelek.              Daerah endemic penyakit ini terletak pada daerah tropis dan subtropis dari belahan bumi, khususnya di daerah Afrika, Amerika Latin, Asia Tenggara dan India (Ilmubedah.info, 2011). Abses Hepar Piogenik (AHP) umumnya polimikrobial. Sebagian besar kuman penyebabnya ditemukan dalam saluran cerna, seperti : E.Coli, Klebsiella pneumoniae, Bacteroides sp, Enterococcus, Anaerobic sreptococcus sp, Streptococcus ³milleri´ group Kuman lain yang dapat menyebabkan Abses piogenik yang tidak berasal dari saluran cerna adalah staphylococcus sp dan haemolytic streptococcus sp.
Secara historis abses hepar piogenik lebih banyak menyerang pria daripada wanita (Ilmubedah.info, 2011).                                                            Infeksi terutama disebabkan oleh kuman gram negatif dan penyebab yang terbanyak adalah E. coli, penyebab lainnya adalah :
Organisme
Insiden (%)
Organisme
Insidensi (%)
Aerob gram-negatif
Escherichia coli
Klebsiella
Proteus
Serratia
Morganella
Actinolbacter
Aerobgaram-positif
Streptococcus faecalis
Streptokokus – B
Sterptokokus – A
Stafilokokus
50 – 70
35 – 45





25
Anaerob
Fusdaacterium nucleatum
Bacteroides
Bacteroides fragil
Peptostreptococus
Actinomyces
Clostridium
40    – 50
`
4.    Insiden
Abses hati  didapatkan  di seluruh dunia, abses hati piogenik lebih sering ditemukan  di negara maju  termasuk Amerika Serikat, sedangkan abses hati amuba  di negara sedang berkembang  yang beriklim tropis dan sub tropis terutama pada daerah dengan kondisi lingkungan yang kurang baik. Insiden tahunan abses hati piogenik mencapai 2,3 kasus per 100.000 penduduk dan lebih banyak terjadi pada laki-laki daripada perempuan dengan perbandingan 3,3 berbanding 1,3 per 100.000 penduduk.     Insiden abses hati amuba di Amerika Serikaty mencapai  0,05 % sedangkan di India dan Mesir  mencapai 10%-30% / tahun dengan perbandingan laki-laki: perempuan sebesar 3:1 sampai dengan 22:1  
Insiden amoebiasis hati di RS di Indonesia berkisar antara 5-15 pasien pertahun. Penelitian epidemiologi di Indonesia menunjukkan perbandingan pria : wanita berkisar 3:1 sampai 22:1, Penularan pada umumnya melalui jalur oral-fekal dan dapat juga oral-anal-fekal. Kebanyakan amoebiasis hati yang dikenai adalah pria. Usia yang dikenai berkisar antara 20-50 tahun terutama dewasa muda dan lebih jarang pada anak.
5.    Patofisiologi
Akibat masuknya bakteri atau amoeba ke hepar, menyebabkan jaringan yang sehat menjadi rusak dan menimbulkan reaksi radang karena adanya kerusakan jaringan dan radang yang berlangsung lama menyebabkan jaringan hepar menjadi nekrosis. Hati tampak membengkak dan daerah yang abses menjadi pucat kekuningan, berbeda dengan hati sehat yang berwarna merah tua. Sel hepar yang jauh dari fokus infeksi juga mengalami sedikit perubahan meskipun tidak ditemukan amoeba. Abses tersebut dikelilingi oleh jaringan ikat yang membatasi perusakan lebih jauh kecuali bila ada infeksi tambaha.
6.    Manifestasi klinis
          Keluhan awal: demam/menggigil, nyeri abdomen, anokresia/malaise, mual/muntah, penurunan berat badan, keringan malam, diare, demam      (T > 38°), hepatomegali, nyeri tekan kuadran kanan atas, ikterus, asites, serta sepsis yang menyebabkan kematian. (Cameron 2005)
          Manifestasi sistemik AHP lebih berat dari pada abses hati amebik. Dicurigai adanya AHP apabila ditemukan sindrom klinis klasik berupa nyeri spontan perut kanan atas, yang di tandai dengan jalan membungkuk kedepan dengan kedua tangan diletakan di atasnya.( Herrero, M., 2005)
          Demam/panas tinggi merupakan keluhan yang paling utama, keluhan lain yaitu nyeri pada kuadran kanan atas abdomen, dan disertai dengan keadaan syok. Apabila AHP letaknya dekat digfragma, maka akan terjadi iritasi diagfragma sehingga terjadi nyeri pada bahu sebelah kanan, batuk ataupun terjadi atelektesis, rasa mual dan muntah, berkurangnya nafsu makan, terjadi penurunan berat badan yang unintentional, (Tukeva,T.A.etal,2005)
          Cara timbulnya abses hati amoebik biasanya tidak akut, menyusup yaitu terjadi dalam waktu lebih dari 3 minggu. Demam ditemukan hampir pada seluruh kasus. Terdapat rasa sakit diperut atas yang sifat sakit berupa perasaan ditekan atau ditusuk. Rasa sakit akan bertambah bila penderita berubah posisi atau batuk. Penderita merasa lebih enak bila berbaring sebelah kiri untuk mengurangi rasa sakit. Selain itu dapat pula terjadi sakit dada kanan bawah atau sakit bahu bila abses terletak dekat diafragma dan sakit di epigastrium bila absesnya dilobus kiri.
          Anoreksia, mual dan muntah, perasaan lemah badan dan penurunan berat badan merupakan keluhan yang biasa didapatkan. Batuk-batuk dan gejala iritasi diafragma juga bisa dijumpai walaupun tidak ada ruptur abses melalui diafragma. Riwayat penyakit dahulu disentri jarang ditemukan. Ikterus tak biasa ada dan jika ada ia ringan. Nyeri pada area hati bisa dimulai sebagai pegal, kemudian mnjadi tajam menusuk. Alcohol membuat nyeri memburuk dan juga perubahan sikap.
          Pembengkakan bisa terlihat dalam epigastrium atau penonjolan sela iga. Nyeri tekan hati benar-benar menetap. Limpa tidak membesar.
Gambaran klinik tidak klasik dapat berupa :
a.       benjolan didalam perut, seperti bukan kelainan hati misalnya diduga empiema kandung empedu atau tumor pancreas.
b.      gejala renal. Adanya keluhan nyeri pinggang kanan dan ditemukan massa yang diduga ginjal kanan. Hal ini disebabkan letak abses dibagian posteroinferior lobus kanan hati.
c.       Ikterus obstruktif. Didapatkan pada 0,7% kasus, disebabkan abses terletak didekat porta hepatis.
d.      colitis akut. Manifestasi klinik colitis akut sangat menonjol, menutupi gambaran klasik absesnya sendiri.
e.       gejala kardiak. Ruptur abses ke rongga pericardium memberikan gambaran klinik efusi pericardial.
f.       gejala pleuropulmonal. Penyulit yang terjadi berupa abses paru menutupi gambaran klasik abses hatinya.
g.      abdomen akut. Didapatkan bila abses hati mengalami perforasi ke dalam rongga peritoneum, terjadi distensi perut yang nyeri disertai bising usus yang berkurang.
h.      gambaran abses yang tersembunyi. Terdapat hepatomegali yang tidak jelas nyeri, ditemukan pada 1,5 %.
i.        demam yang tidak diketahui penyebabnya. Secara klinik sering dikacaukan dengan tifus abdominalis atau malaria.
7.    Pemeriksaan Penunjang
              Menurut Julius, ilmu penyakit dalam jilid III, (2005). Pemeriksaan penunjang antara lain
a.  Laboratorium
Untuk mengetahui kelainan hematologi antara lain hemoglobin, leukosit, dan pemeriksaan faal hati.
b.  Foto dada
Dapat ditemukan berupa diafragma kanan, berkurangnya pergerakkan diafragma, efusi pleura, kolaps paru dan abses paru.
c.  Foto polos abdomen
Kelainan dapat berupa hepatomegali, gambaran ileus, gambaran udara bebas diatas hati.
d. Ultrasonografi
   Mendeteksi kelainan traktus bilier dan diafragma.
e.         Tomografi
Melihat kelainan di daerah posterior dan superior, tetapi tidak dapat melihat integritas diafragma.
f.   Pemeriksaan serologi
   Menunjukkan sensitifitas yang tinggi terhadap kuman.

8.    Penatalaksanaan

1. Medikamentosa
a.    Abses hati piogenik
1)        Sefalosporin generasi ke-3 dan klindamisin atau metronidazole. Jika dalam   waktu 2 – 48 jam belum ada perbaikan klinis dan laboratoris, maka antibiotika yang digunakan diganti dengan antibiotika yang sesuai dengan  hasil kultur sensitivitas  aspirat abses  hati.
2)        Pengobatan secara parenteral dapat dirubah menjadi oral setelah pengobatan parenteral selama 10-14 hari, dan kemudian dilanjutkan kembali hingga 6 minggu kemudian .
b.    Abses hati Ameba
1)        Metronidazole  3 x 750 mg per oral selama 7-10 hari atau Tinidazole  3 x 800 mg per oral  selama 5 hari, dilanjutkan dengan preparat luminal:
2)        Paromomycin 25–35 mg/kg/hari  per oral  terbagi dalam 3 dosis selama 7 hari atau lini kedua  Diloxanide furoate 3 x 500 mg per oral  selama 10 hari .
2.    Aspirasi jarum perkutan
Indikasi aspirasi jarum perkutan:
a.    Resiko tinggi untuk terjadinya ruptur abses  yang didefinisikan  dengan ukuran kavitas lebih dari 5 cm
b.    Abses pada lobus kiri hati yang dihubungkan dengan mortalitas tinggi dan frekuensi   tinggi bocor ke peritoneum atau perikardium
c.    Tak ada respon klinis terhadap terapi dalam 5-7 hari
2.    Drainase perkutan
Drainase perkutan abses dilakukan dengan tuntunan  USG abdomen atau CT  scan abdomen. Penyulit yang dapat terjadi : perdarahan, perforasi organ intra abdomen,  infeksi, ataupun terjadi kesalahan dalam penempatan kateter  untuk drainase.
3.    Drainase secara operasi
Tindakan ini sekarang  jarang dikerjakan  kecuali pada kasus tertentu seperti abses dengan ancaman  rupture atau secara teknis susah dicapai atau gagal dengan aspirasi biasa/ drainase  perkutan.
4.    Reseksi  hati
Pada abses hati piogenik multipel  kadang  diperlukan reseksi hati. Indikasi spesifik  jika didapatkan abses hati dengan karbunkel (liver carbuncle) dan disertai dengan hepatolitiasis, terutama pada lobus kiri hati.

Berdasarkan kesepakatan  PEGI (Perhimpunan Endoskopi Gastrointestinal Indonesia)  dan PPHI (Perhimpunan Peneliti Hati  Indonesia) di Surabaya pada tahun 1996:
a.         Abses hati dengan  diameter 1-5 cm : terapi medikamentosa, bila respon negatif  dilakukan aspirasi
b.         Abses hati  dengan diameter 5-8 cm: terapi aspirasi berulang
c.         Abses hati dengan diameter ≥ 8 cm   : drainase per kutan

B.     PROSES KEPERAWATAN
1.      Pengkajian Keperawatan
                  Data dasar pengkajian pasien dengan Abses Hepar, meliputi.
a.       Aktivitas/istirahat, menunjukkan adanya kelemahan, kelelahan, terlalu lemah, latergi, penurunan massa otot/tonus.
b.      Sirkulasi, menunjukkan adanya gagal jantung kronis, kanker, distritmia, bunyi jantung ekstra, distensi vena abdomen.
c.       Eliminasi, Diare, Keringat pada malam hari menunjukkan adanya flatus, distensi abdomen, penurunan/tidak ada bising usus, feses warna tanah liat, melena, urine gelap pekat.
    1. Makanan/cairan, menunjukkan adanya anoreksia, tidak toleran terhadap makanan/tidak dapat mencerna, mual/muntah, penurunan berat badan dan peningkatan cairan, edema, kulit kering, turgor buruk, ikterik.
    2. Neurosensori, menunjukkan adanya perubahan mental, halusinasi, koma, bicara tidak jelas.
    3. Nyeri/kenyamanan, menunjukkan adanya nyeri abdomen kuadran kanan atas, pruritas, sepsi perilaku berhati-hati/distraksi, focus pada diri sendiri.
    4. Pernapasan, menunjukkan adanya dispnea, takipnea, pernapasan
    5. dangkal, bunyi napas tambahan, ekspansi paru terbatas, asites, hipoksia
    6. Keamanan, menunjukkan adanya pruritas, demam, ikterik, angioma spider, eritema.
2.      Diagnose Keperawatan
a.                 Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum.
b.    Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan masukan metabolik, anoreksia, mual/muntah.
c.    Kelebihan volume cairan berhubungan dengan asites dan edema 
d.   Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan akumulasi garam empedu dalam jaringan.
e.    Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi dengan proses penyakit.
f.     Hipertermi berhunbungan dengan proses infeksi.
g.    Nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan hepar.
h.    Pola napas tidak efektif berhubunagn dengan asites dan restriksi pengembangan toraks akibat asites, distensi abdomen serta adanya cairan dalam rongga toraks.

3.    Rencana Keperawatan
       DX.I .  Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum.
  Tujuan : Klien menunjukkan perbaikan terhadap aktifitas.
  Kriteria hasil :
a.       Mengekspresikan pemahaman tentang pentingnya perubahan tingkat aktifitas.
b.      Meningkatkan aktifitas yang dilakukan sesuai dengan perkembangan kekuatan otot.

Rencana keperawatan dan rasional
Intervensi
Rasional
1.  Tingkatkan tirah baring, ciptakan lingkunga yang tenang.

2.  Tingkat aktifitas sesuai toleransi.




3.  Awasi kadar enzim hepar

1.  Meningkatkan ketenangan istirahat dan menyediakan energi yang digunakan untuk penyembuhan.
2.  Tiarah baring lama dapat menurunkan kemampuan. Ini dapat terjadi karena keterbatasan aktifitas yang mengganggu periode istirahat.
3.  Membantu menurunkan kadar aktifitas tepat, sebagai peningkatan prematur pada potensial resiko berulang.

DX.II. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan masukan metabolik, anoreksia, mual/ muntah
Tujuan : Klien menunjukkan status nutrisi yang adekuat.
Kriteria hasil :
a.    Nafsu makan baik.
b.    Tidak ada keluhan mual/muntah.
c.     Mencapai BB , mengarah kepada BB normal .
Rencana keperawatan dan rasional
Intervensi
Rasional
1.      Awasi keluhan anoreksia, mual/muntah.
2.      Awasi pemasukan diet/jumlah kalori. Berikan makanan sediki dalam frekwensi sering.
3.      Lakukan perawatan mulut sebelum makan
4.      Timbang berat badan.
5.      Berikan obat vit. B kompleks, vit. c tambahan diet lain sesuai indikasi.


1.    Berguna dalam mendefinisikan derajat, luasnya masalah dan pilihan intervensi yang tepat.
2.    Makan banyak sulit untuk mengatur bila klien anoreksia. Anoreksia juga paling buruk pada siang hari, membuat masukan makanan sulit pada sore hari.
3.    Menghilangkan rasa tidak enak dan meningkatkan nafsu makan
4.    Penurunan BB menunjukkan tidak adekuatnya nutrisi klien.
5.    Memperbaiki kekurangan dan membantu dan proses penyembuhan.

DX.III. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan asites dan edema  Tujuan : pemulihan kepada volume cairan yang normal
Rencana keperawatan dan rasional
Intervensi
Rasional
1.  Batasi asupan Natrium dan cairan jika Diinstruksikan
2.  Berikan diuretic, suplemen kalium dan protein.
3.  Catat asupan dan haluaran cairan.
4.  Ukur dan catat lingkar  abdomen setiap hari.

1. Meminimalkan pembentukan asites dan edema.
2. Meningkatkan ekskresi cairan lewat ginjal  dan mempertahankan keseimbangan cairan serta elektrolit yg normal.
3. Menilai efektivitas terapi dan kecukupan asupan cairan.
4. Memantau perubahan pembentukan asites dan pembentukan cairan
DX.IV. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan akumulasi garam empedu dalam jaringan .
Tujuan : Klien menunjukkan jaringan kulit yang utuh.
Kriteria hasil :
a.    Melaporkan penurunan proritus atau menggaruk.
b.    Ikut serta dalam aktifitas untuk mempertahankan integritas kulit
Rencana keperawatan dan rasional
Intervensi
Rasional
1.       Lakukan perawatan kulit dengan sering,hindari sabun alkali.
2.       Pertahankan kuku klien terpotong pendek. Instruksikan Klien menggunakan ujung jari untuk menekan pada kulit bila sangat perlu menggaruk
3.       Pertahankan liner dan pakaian kering.
1.      Mencegah kulit kering berlebihan. Memberikan penghilang gatal
2.      Untuk menurunkan resiko kerusakan kulit  bila menggaruk.
3.      Pakaian basah dan berkeringat adalah sumber ketidak nyamanan


DX.V.   Kurang pengetahuan berhubungan kurangnya informasi tentang proses penyakit.
Tujuan : Klien dan keluarga mengetahui tentang proses
penyakitnya.
Kriteria hasil :
a.    Mengungkapkan pengertian tentang proses penyakit.
b.    Melakukan perubahan perilaku dan berpartisipasi pada pengobatan
Rencana keperawatan dan rasional
Intervensi
Rasional
1.       Kaji tingkat pemahaman proses penyakit, harapan /prognosis, kemungkinan pilihan pengobatan.
2.       Berikan informasi khusus tentang penyakitnya.
3.       Jelaskan pentingnya istirahat dan latihan.
1.      Mengidentifikasi area  kekurangan / salah informasi dan memberikan informasiambahan sesuai keperluan.
2.      Kebutuhan atau rekomendasi akan bervariasi karena tipe hepatitis dan situasi individu.
3.      Aktifitas perlu dibatasi sampai hepar kembali normal.


DX.VI. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi.
             Tujuan : Klien menujukkan suhu tubuh dalam batas normal
Kriteria hasil :
a.    Klien tidak mengeluh panas
b.    Badan tidak teraba hangat
c.    Suhu tubuh 36 ± 37 0C
Rencana keperawatan dan rasional
Intervensi
Rasional
1.       Kaji Adanya keluahan tanda - tanda peningkatan suhu tubuh
2.       Monitor tanda - tanda vital terutama suhu tubuh
3.       Berikan kompres hangat pada aksila / dahi

1.   Peningkatan suhu tubuh menujukkan berbagai gejala seperti uka merah, badan teraba hangat
2.   Demam disebabkan efek - efek dari endotoksin pada hipotalamus dan efinefrin yang melepaskan pirogen
3.   Akxila merupakan jaringan tipis dan terdapat pembulu darah sehingga akan mempercepat pross konduksi dan dahi berada didekat hipotalamus sehingga cepat memberikan respon dalam mengatur suhu tubuh.


DX.VII. Nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan hepar.
Tujuan : klien mengungkapkan nyeri berkurang / teratasi
Rencana keperawatan dan rasional
Intervensi
Rasional
1.       Kaji tingkat nyeri
2.       Monitor tanda - tanda vital
3.       Berikan kenyamanan tindakan misalnya perubahan posisi relaksasi
4.       Ajarkan tehnik penangan rasa nyeri  control stress dan cara relaksasi
5.       Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgetik
1.   Mengetahui persepsi dan reaksi klien terhadap nyeri serta sebagai dasar keefektifan untuk intervensi selanjutnya
2.   Perubahan frekuwensi jantung atau TD menujukkan bahwa  pasien mengalami nyeri, khususnya bila alasan lain untuk perubahan tanda vital talah terlihat
3.   Tindakan non analgetik diberikan dengan sentuhan lembut dapat menghilangkan ketidak nyamanan
4.   Untuk mengalihkan perhatian. Meningkatkan control rasa serta meningkatkan kemampuan mengatasi rasa nyeri dan stress dalam periode yang lama
5.   Analgetik berfungsi untuk mengurangi rasa sakiti individu.


DX.VIII.           Pola napas tidak efektif berhubunagn dengan asites dan restriksi pengembangan toraks akibat asites, distensi abdomen serta adanya cairan dalam rongga toraks.
Tujuan : Perbaikan status pernapasan Intervensi
Rencana keperawatan dan rasional
Intervensi
Rasional
1.       Tinggikan bagian kepala tempat tidur.
2.       Hemat tenaga pasien
3.       Bantu pasien menjalani dalam Paresentesis dan torakosintesis

1.        Mengurangi tekanan abdominal pada diafragma dan memungkinkan pengembangan toraks dan ekspansi paru yg maksimal.
2.        Mengurangi kebutuhan metabolic dan oksigen pasie
4.      Paresentesis dan torakosintesis merupakan tindakan yang menakutkan bagi pasien. Bantu pasien untuk bekerjasama dalam menjalani prosedur ini.



DAFTAR PUSTAKA




Santoso M, Wijaya. 2005. Diagnostik danpenatalaksanaan abses amebiasis hati.   Dexa Medica 2004;4:17-20.

·     Andri LA, Rasjid HA. 2006. Abses amuba pada hepar. Dexa Medica 2004; 21-6 .
Microsoft Encarta Reference Library, 2004
Anggun.Web. (2011). Abses Hati. Web Paling Anggun. Diakses tanggal 19 Agustus  2011.

Artikel bedah. (2011). Abses Hepar. Ilmubedah.Info. diakses tanggal  20 Agustus 2011. .

Widita, H & Soemohardjo, S. ( 2006). Beberapa Kasus Abses Hati Amuba. Jurnal Penyakit Dalam. V. 7 (2). p. 121-128