Minggu, 25 November 2012

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN : HIPERTIROIDISME.


ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN : HIPERTIROIDISME.
Oleh ; Drs. Julianus Ake, SKp, M.Kep
PENGERTIAN :
 Hipertiroidisme ( dapat juga disebut Tirotoksikosis) adalah suatu keadaan dimana terjadinya sekresi yang berlebihan dari hormon tiroid yang ditandai dengan adanya pembesaran kelenjar tiroid (goiter) dan adanya exopthalmos.
Anatomi dan fisiologi kelenjar tiroid :
 Kelenjat tiroid berbentuk seperti kupu-kupu, terletak di leher, disebelah depan dan samping larynx. Ia disuplai banyak darah, dan mensekresi dua hormon yang mempunyai hubungan erat, yaikni T4 (tetra iodothyronine atau tiroksin) dan T3 (triiodothyronine). Kedua hormon ini penting, yang mengandung zat yodium.

Kerja T4 dan T3 :
Kedua  hormon tersebut berpengaruh pada pengaturan metabolisme basal tubuh. Hormon ini meningkat kecepatan metabolisme tubuh (konsumsi oksigen) dan memproduksi panas.
Hormon tiroid penting untuk pertumbuhan dan perkembangan tubuh. Dengan mendorong sintesa protein pada beberapa jaringan, termasuk jaringan keras (tulang) dan jaringan lunak (otot), kedua hormon mempengaruhi diferensiasi sel dan pertumbuhan. Hormon tiroid bekerjasama dengan growth hormone.

Hormon tiroid mempengaruhi fungsi jantung dan pembuluh darah, seperti meningkatkan debar jantung, kontraksi serta pengaruh katekolamin pada vasa darah. Dengan demikian tekanan darah cenderung meningkat. Hormon tiraoid juga berpengaruh terhadap fungsi otak dan perilaku, mungkin dengan cara meningkatkan katekolamin pada jaringan saraf.

Kontrol Tiroid :
Sistesa dan pengeluaran hormon tiroid di bawah pengawasan hormon pituitari (TSH= Thyroid Stimulating hormone). TSH ini tidak hanya mendorong sintesa dan sekresi hormon, tetapi juga meningkatlan jumlah sel (hiperplasia) dan ukuran (hipertrofi) kelenjar. Keadaan ini disebut sebagai goiter. Sekresi TSH diatur oleh efek umpanbalik negatif langsung terhadap sirkulasi tiroksin di pituitari seperti juga efek stimulasi TRH (Thyrotropin-releasing hormone) dari hipothalamus. Kenaikan kadar tiroid dalam plasma akan langsung menurunkan pelepasan TSH, dan demikian sebaliknya.

Iod dalam darah dipompa secara aktif ke dalam sel tiroid dan kemudian diangkut secara cepat ke dalam koloid (ruang yang dibentuk oleh folikel yang berisi koloid). Disini terjadi katalisa oleh enzim yang mengoksidasi iod menjadi iodin. Iodin melekat pada residu tirosin (asam amino) dalam tiroglobulin. Selanjutnya terjadi reaksi kimia pada residu tirosin dan menghasilkan tiroksin dan T3. Dalam darah hormon ini terikat dengan spesial protein (Thyroid Binding Protein=TBG) yang membawanya kedalam jaringan target. Dijaringan mereka dilepas untuk masuk kedalam sel target dan mulai bekerja.

Hipertiroidisme dan hipotiroidisme :
Sekresi berlebihan hormon tiroid (dipertirodisme) sering disertai dengan penyakit otoimun (Graves’ Disease) dimana antibodi melawan reseptor TSH di sel tiroid, secara patologik menstimulasi sel tiroid. Individu dengan hipertiroidisme mempunyai BMR (Basal Metabolisme Rate =kecepatan metabolisme basal) tinggi. Konsekuensi dari BMR yang tinggi adalah produksi panas meningkat, akibatnya adalah cadangan energi (glikogen hati dan lemak tubuh) menipis. Individu mudah tersinggung (irritable) dan gugup (nervous) dan peningkatan aktifitas jantung serta pernafasan. Mata menonjol keluar (exophtalmos). Individu mengalami goiter.

Pada bayi dan anak, defisiensi tiroid (hipotiroidisme) mengakibatkan sindroma kretinisme. Kretin adalah dwarfisme dengan retardasi mental akibat defisiensi pertumbuhan dalam otak. Anak-anak perutnya buncit, mandibula kecil, lidah besar, leher pendek. Kretin dapat disebabkan oleh defisiensi iod pada ibu hamil, kongenital tak punya tiroid, abnormalitas tiroid.

Pada orang dewasa, hipotiroidisme mengakibatkan sindroma myxedema. Individu dengan myxedema BMR nya kecil (kurang dari 40%), kulit tebal, muka bengkak(edema), suara berat, rambut kasar. Aktifitas mental dan fisik lambat dan menunjukkan gangguan perilaku. Hipotirodisme dapat disebabkan oleh gangguan tiroid atau kegagalan hipotalamus.

INSIDEN :
Lebih dominan pada wanita daripada pria  yaitu 4 : 1 (Luckman, 1996), terutama pada wanita antara usia 20 thn-40 thn.

ETIOLOGI :
Hipertiroidisme disebabkan oleh karena overfungsi dari kelenjar tiroid.
Pengobatan pada myxedema (hipotiroidisme) dengan hormon tiroid dapat mengakibatkan hipertiroidisme. Bentuk hipertiroidisme yang paling sering adalah Graves’ Disease (toksik,diffuse goiter), ditandai dengan :
  1. Hipertiroidisme.
  2. Pembesaran tiroid (goiter).
  3. Exopthalmos.
Disamping itu dapat pula disebabkan oleh kanker tiroid, adenoma toksik (struma nodosa toksik), dan tiroiditis. Dapat pula terjadi sebagai akibat perubahan sekresi dan metabolisme di hipotalamus, dan pitutari.

Pengaruh utama hormon tiroid adalah meningkatnya metabolisme protein, karbohidrat, dan lemak didalam banyak jaringan tubuh. Meningkatnya metabolisme akan mempengaruhi cardiac output, sirkulasi perifer, konsumsi oksigen yang meningkat, peningkatan suhu tubuh dan meningkatnya stimulasi saraf simpatis.

Komplikasi Hipertiroidisme yang tidak terkontrol adalah gagal jantung, gangguan psikiatri, dan krisis tiroid.
Dengan pengobatan hipertiroidisme yaitu anti tiroid dan radioactive iodine dapat menyebabkan hipotiroidisme.



PATOFISIOLOGI :
Sebagaimana disebutkan bahwa kasus hipertiroidisme banyak ditemukan pada kasus graves’ desease dan  juga struma nodosa toksik.
Terjadinya hipertiroidisme akan meningkatkan sirkulasi hormon tiroid yang berlebihan sehingga mengakibatkan meningkatnya metabolisme dan stimulasi sistem saraf simpatis. Pengaruh hipertiroidisme akan meningkatkan heart rate dan stroke vulume sehingga cardiac output akan meningkat dan akan terjadi peningkatan aliran darah perifer.
Peningkatan hormon tiroid akan meningkatkan metabolisme protein, karbihidrat, dan lemak sehingga lemak tubuh akan berkurang/menurun dan terjadi penurunan toleransi glukosa. Lebih lanjut akan mengakibatkan penurunan kalori dan defisiensi nutrisi. Nafsu makan menurun akibat adanya stimulasi simpatis, klien akan kehilangan berat badan, kadang-kadang terjadi hipermotilitas usus dan terjadi diare.
Disamping itu akan terjadi meningkatan toleransi suhu tubuh dan terjadi diaporesis yang berlebihan. Rambut mudah gugur, kulit teraba hangat, emosi labil.
Akibat stimulai simpatis yang terjadi secara terus menerus akan menyebabkan beban kerja jantung akan meningkat yang juga disebabkan oleh meningkatnya metabolisme, sehingga klien akan mengalami gagal jantung.

DAMPAK HIPERTIROIDISME TERHADAP SISTEM TUBUH :
  1. neurologis : Tremor pada tangan dan mata, nervous, insomnia, emosi labil, meningkatnya refleks.
  2. Sensoris : Mata kabur, photophobia, lakrimasi, exopthalmos.
  3. Endokrin : Goiter.
  4. Respirasi : Dispnea.
  5. Kardiovaskuler : Hipertensi, takikardia, aritmia, palpitasi.
  6. Gastrointestinal : Nausea, vomiting, diare, abdominal pain.
  7. Reproduksi : Amenorrhea (wanita), kemandulan (wanita), menurunnya libido (pria), impotensi (pria).
  8. Muskuloskletal : Penurunan kekuatan otot, kelemahan, fatigue.
  9. Integumen : Rambut kasar dan jarang, kulit kasar.
  10. Akibat proses metabolisme : hiperthermia, diaphoresis, lapar, penurunan berat badan, penurunan volume cairan.

GRAVES’ DESEASE  :
Lebih sering terjadi pada wanita dari pada pria yaitu 7-10 kali lebih banyak. Terutama pada wanita yang berusia 40 tahun.
Penyebab : Tidak diketahui, tetapi faktor herediter dan stres emosi merupakan faktor pendorong.
Graves’ disease umumnya diklasifikasikan sebagai gangguan multi sistem autoimmune yang dipercaya menghasilkan stimulasi pada kelenjar tiroid, yaitu Long-Acting Thyroid Stimulator (LATS).
Adanya LATS dalam plasma kemungkinan di stimulasi oleh Ig G (Thyroid-Stimulating immuno globulin), tetapi mekanisme secara nyata hubungannya dengan pengaruh Ig G tidak diketahui.
Stimulasi menyebabkan meningkatnya produksi hormon tiroid, yang menyebabkan terjadinya pembesaran kelenjar tiroid dan exopthalmos.
Terjadinya exopthalmos (penonjolan bola mata ) akibat adanya akumulasi deposit lemak dan peradangan dalam retro-orbital tissue (jaringan dibelakang mata), yang mengakibat bola mata terdorong kedepan, karena kelopak mata akan tertarik, akibatnya sukar untuk mengedipkan mata ( tatapan yang tidak berkedip = Unblinking Stare). Klien akan mengalami penurunan ketajaman penglihatan, nyeri pada bola mata, lakrimasi, dan photophobia.
Akibat ketidak mampuan menenutup bo;a mata sehingga kornea menjadi kering (corneal dryness), iritasi, infeksi, dan terjadi ulserasi.

TOXIC MULTINODULAR GOITER  :
Terjadi pembesaran kelenjar tiroid (goiter) akibat hipertrofi kelenjar karena peningkatan TSH ( terjadi pada saat jumlah hormon tiroid yang bersirkulasi mengalami defisiensi).
Ditandai dengan adanya goiter yang pertumbuhannya lebih kecil dari pada graves disease, pembesaran ini baru dapat diketahui bila dilakukan palpasi. Nodul dapat berupa jinak atau ganas.
Klien dengan penyakit ini sering terjadi pada wanita usia 60 – 70 tahun.

THYROID CRISIS (THYROID TORM) :
Suatu keadaan yang ekstrim dari hipertiroidisme. Saat ini jarang ditemukan karena adanya diagnosa penyakit yang tepat dan pengobatan yang cepat. Terjadi pada klien yang tidak mengalami pengobatan hipertiroidisme (sering pada graves disease) ditambah dengan klien yang sering mengalami stressor seperti penyakit infeksi, trauma, diabetes yang tidak terkontrol, atau pengangkatan tiroid saat pembedahan. Penyakit ini sangat mengamcam kehidupan.
Peningkatan metabolisme yang cepat akan mengakibatkan produksi hormon tiroid akan meningkat secara berlebihan yang dimanfestasikan dengan thyroid crisis. M,anifestasi klinik berupa hipertermia,takikardia, hipertensi sistolik,gangguan pada gastrointestinal ( abdominal pain, vomiting, diare).  Yang sering terjadi yaitu agitasi, gelisah, dan tremor. Lebih berkembang lagi kearah confusio, psikosis, delirium, dan kejang. Mungkin dapat berlanjut kedalam koma.
Pengobatan yang cepat akan dapat mencegah kematian. Pengobatan berupa menghilangkan respiratory disress, mempertahankan fungsi kardiovaskuler, dan menurunkan sekresi dan sintesa hormon tiroid.

STIMULASI  TSH YANG BERLEBIHAN :
Overproduksi TSH oleh pituitary akan mengakibatkan stimulasi hormon tiroid yang berlebihan. Peningkatan sekresi TSH akibat adanya adenoma pada pituitary. Keadaan merupakan bentuk hipertiroidisme yang jarang terjadi.

TIROIDITIS :
Yaitu inflamasi kelenjar tiroid yang sering disebabkan oleh infeksi virus pada kelenjar tiroid. Gejala berhubungan dengan peradangan akut dan efek peningkatan hormon tiroid.

TINDAKAN KOLABORATIF:
Penanganan hipertiroidisme diarahkan kepada menurunkan produksi hormon tiroid pada kelenjar tiroid, yaitu mempertahankan tetap dalam keadaan normal (euthyroid), dan mencegah atau mengobati komplikasi. Penanganan mempertimbangkan usia dan kondisi fisik klien, Penanganan bisa berupa pengobatan farmakologi, terapi radioctive iodine, atau pembedahan.
Pemeriksaan laboratorium/Test diagnostik :
1.Test TA : 
Serum thyroid antibodies (TA) dilakukan untuk menentukan  apakah penyebabknya akibat penyakit autoimmune. Misalnya bila terjadi peningkatan dapat didiagnosa sebagai graves’ disease.
2. Test TSH:
Serum thyroid-stimulating hormone. Pemeriksaan ini dilakukan untuk membandingkan TSH dari pituitary dengan T4. Penurunan T4 dan keadaan normal atau meningkat pada TSH dapat berindikasi gangguan tiroid. Gangguan pada pituitary berindikasi pada penurunan T4 dan TSH.
3. Test T4 :
 Serum thyroxine (T4) dilakukan untuk menentukan konsentrasi homrmon tiroid dan ini merupakan test fungsi kelenjar tiroid. Peningkatan T4 menunjukkan hipertiroidisme dan tiroiditis akut.
4. Test T3:
Serum triidiodothyronine (T3). Test ini efektif untuk mendiagnosa hipertiroidisme (khususnya T3 thyrotoxicosis). Peningkatan T3 dapat juga ditemukan pada tiroiditis.

Pengobatan farmakologi :
Pengobatan dengan anti tiroid akan mernurunkan  produksi homrmon tiroid. Pengobatan ini tidak mempengaruhi aktifitas hormon yang sudah terbentuk. Pengaruh pengobatan ini tidak dapat dilihat pada beberapa minggu pertama.

 Terapi Radiactive :
Pada dosis yang lebih besar akan merusak jaringan tiroid sehingga produksi hormon tiroid berkurang. Iodine radiaktif diberikan secara oral. Hasilnya dapat dilihat setelah 6 – 8 minggu. Pengobatan ini kontraindikasi dengan ibu hamil, karena obat ini akan masuk melalui plasenta dan memberikan efek negatif perkembangan kelenjar tiroid janin. Apabila dengan pengobatan ini tidak terkonrol ketat, akan mengakibatkan terjadinya hipotiroidisme, sehingga klien akan mengalami pengobatan hormon tiroid yang lama.


Implikasi pengobatan dengan keperawatan :
  1. Terapi Iodine .
Pada pengobatan ini akan menghambat sintesa hormon tiroid. Ia juga akan menyebabkan hiperplasia tiroid dan mengurangi vaskularisasi pada kelenjar tiroid. Oleh karena itu pengobatan ini sering dilakukan sebelum pembedahan.

Tindakan keperawatan :
  1. Kaji dipersensitifitas iodine sebelum pemberian obat ini, misalnya kemungkinan terjadi alergi kulit.
  2. Minum banyak untuk menetralisir pengaruh toksikasi.
  3. Diberikan dengan menggunakan sedotan untuk mencegah perubahan warna gigi.
  4. Monitor adanya perdarahan, apabila klien juga mengkonsumsi antikoagulan.
  5. Informasikan pada klien bahwa pengaruh pengobatan biasanya dirasakan pada 1-2 minggu.
  6. Pengobatan jangka panjang tidak efektif untuk mengontrol hipertiroidisme.

Pengobatan Antitiroid :
Pengobatan ini bertujuan menghambat produksi hormon tiroid, tetapi tidak berpengaruh pada hormon yang sudah terbentuk.. Pada beberapa minggu baru dapat terasa pengaruh pengobatan ini.

Tindakan keperawatan :
  1. Monitor side effect : Pruritus, kemerahan, peningkatan temperatur, pembengkakan pada kelopak mata, anoreksia, kehilangan rasa (pengecap), perubahan menstruasi.
  2. Oleh karena pengobatan ini diberikan setiap hari, monitor tekanan darah, dan pertahankan agar tetap stabil.
  3. Monitor adanya hipotiroidisme : fatigue, penurunan berat badan.
  4. Perhatikan kemungkinan terjadinya perdarahan, nausea, nyeri epigastrium. Segera kolaborasikan dengan dokter.
  5. Jika diberikan antikoagulan, agar tetap memonitor adanya perdarahan.
  6. Berikan pengobatan secara teratur, dan sampaikan pada klien bahwa pengaruh pengobatan akan dirasakan dalam jangka waktu yang lama.

Pembedahan :
Beberapa klien mengalami pembesaran kelenjar tiroid yang mengakibatkan penekanan pada esofagus atau trakhea yang menyebabkan kesukaran bernafas dan kesukaran menelan. Pada kasus ini merupakan indikasi dilakukan pengangkatan atau sebagian kelenjar tiroid. Yang paling sering dilakukan adalah pembedahan subtotal thyroidectomy, yaitu tindakan meningggalkan sebagian dengan harapan jaringan tersisa dapat memproduksi hormon tiroid yang cukup sesuai kebutuhan. Total Thyroidectomy dilakukan pada kanker tiroid, dimana klien akan berlanjut dengan pengobatan hormon tiroid sepanjang hidup.
Sebelum pembedahan, klien diusahakan agar kelenjar tiroid mendekati keadaan normal, yaitu dengan terlebih dahulu diberi pengobatan antitiroid guna mengurangi produksi hormon tiroid dan iodine untuk menurunkan vaskularisasi kelenjar dan memperkecil ukuran kelenjar (juga dapat mengurangi perdarahan selama dan setelah pembedahan).

Penanganan sebelum pembedahan :
  1. berikan pengobatan antitiroid dan iodine, dan monitor pengaruh samping (Pengobatan antitiroid diberikan sebelum pembedahan dimaksudkan untuk menciptakan kelenjar dalam batas normal. Iodine diberikan sebelum pembedahan untuk menurunkan vaskularisasi pada kelenjar tiroid, dan juga akan mengurangi risiko perdarahan).
  2. Ajarkan klien untuk menaruh kedua tangannya dibagian bawah lehernya pada saat ia ingin bangun, atau batuk( menempatkan kedua tangan menyanggah kepala dan leher dimaksudkan dilakukan pada saat pasca bedah untuk mengurangi regangan/tarikan pada daerah luka).
  3. Jawab pertanyaan klien dengan jelas, dan berikan kesempatan klien untuk mengungkapkan keprihatinannya (Oleh karena insisi/pembedahan dilakukan didasar tenggorokan, maka klien khususnya wanita sering mengungkapkan keprihatinannya terhadap bekas pembedahan. Menjelaskan bahwa bekas luka  hanya merupakan garis tipis saja dan menggunakan perhiasan pada leher akan menutupi bekas tersebut sehingga tidak tampak).

Penanganan setelah pembedahan :
  1. berikan tindakan yang menciptakan rasa nyaman klien, misalnya pemberian analgetik, posisi semi fowler setelah ia sadar dari pengaruh anestesi. Letakkan bantal dibagian bawah kepala dan leher ( Analgetik akan menurunkan poersepsi nyeri dan mengurangi stres fisik selama periode pasca bedah. Pengaturan poisisi semi fowler dan menempatkan bantal dibagian bawah kepala dan leher akan mengurangi regangan pada luka pembedahan).
  2. Berikan perhatian untuk memonitor kemungkinan adanya komplikasi :
    1. Perdarahan : kaji balutan dan area dibagian bawah leher dan bahu kemungkinan adanya perdarahan. Monitor tekanan darah dan denyut nadi untuk mendeteksi adanya syok hipovolume (Vaskularisasi kelenjar akan berisiko perdarahan. Pada lokasi insisi dan dibagian belakang leher kemungkinan adanya perembesan darah. Risiko terjadinya perdarahan pasca pembedahan terjadi pada 12 – 24 jam pertama).
    2. Respiratory distress : Kaji frekuensi pernafasan, iramanya, kedalamannya, dan kekuatannya. Pertahankan oksigen humidifier bila dipasang. Kaji adanya batuk dan nafas dalam. Siapkan peralatan suction, oksigen, dan peralatan tracheostomy agar segera dapat digunakan bila terjadi respiratory distress ( Respiratory distress dapat terjadi akibat adanya perdarahan dan edema . Edema akan menekan trakhea. Terjadinya tetany dan spasme larynx sebagai akibat penurunan hormon sehubungan dengan pengangkatan kelenjar paratiroid. Perhatikan juga kemungkinan adanya kerusakan pada saraf larynx dan spasme pita suara. Alat-a;at agar segera dapat digunakan bila terjadi kondisi emergensi agar segera ditangani).
    3. Tetany : Mengkaji tanda-tanda defisiensi kalsium yaitu adanya kesemutan pada kaki, jari tangan dan bibir. Kontraksi otot rangka. Tanda2 Chvostek’s dan Trousseau’s, menurunnya kadar kalsium darah. Berikan kalsium glukonat atau kalsium klorida dan segera diberikan via IV (Kelenjar paratiroid berlokasi dekat dengan kelenjar tiroid. Pembedahan kelenjar tiroid dapat mengakibatkan kerusakan kelenjar paratiroid atau ikut terangkat saat pengangkatan kelenjar tiroid, dan akan mengakibatkan terjadinya hipokalsemia dan terjadi tetany. Tetany dapat terjadi antara 1 – 7 hari setelah pembedahan).

ASUHAN KEPERAWATAN


Pengkajian :
  1. Pengumpulan biodata, seperti usia, jenis kelamin, dan tempat tinggal.
  2. Riwayat penyakit dalam keluarga.
  3. Kebiasaan hidup sehari-hari mencakup aktifitas dan mobilitas, pola makan, penggunaan obat-obatan tertentu, istirahat dan tidur.
  4. Keluhan klien seperti tidak tahan terhadap panas, berkeringat, palpitasi dan nyeri dada.
  5. Pemeriksaan fisik :
    1. Amati penampilan umum klien, amati wajah klien khususnya kelainan pada mata, seperti :
Opthalmopati :
-          exopthalmos.
-          Tanda Stellwag’s : mata jarang berkedip.
-          Tanda Von Graefes : jika klien melihat ke bawah maka kelopak mata atas sukar atau sama sekali tidak dapat mengikuti bola mata.
-          Tanda Mobieve : sukar mengadakan atau menahan konvergensi
-          Tanda Rosenbagh : tremor palpebra jika mata menutup.
                      Edema kelopak mata akibat akumulasi cairn pada periorbita dan penumpukn lemak pada retro orbita.
                     Penurunan visus akibat penekanan saraf optikus dan adanya tanda-tanda radang/infeksi pada konjuntiva dan kornea.
                     Photophobia dan lakrimasi.
    1. Amati mnifestasi klinik hipertiroidisme pada berbagai sistem tubuh.
    2. Palpasi kelenjar tiroid, kaji adanya pembesaran, bagaimana konsistensinya, apakah dapat digerakkan, apakah nodul soliter atau multiple.
    3. Auskultasi adanya bising jantung.
  1. Pengkajian psikososial mencakup kestabilan emosi, iritabilitas, perhatian yang menurun, dan perilaku mania. Fluktuasi emosi menyebabkan klien menjadi bertambah lelah.
  2. Pemeriksaan diagnostik mencakup kadar T3 dan T4, Scanning tiroid, EKG.

Diagnosa keperawatan dan tindakan keperawatan :
  1. Risiko penurunan cardiac output :
Klien dengan hipertiroidisme akan sangat berisiko mengalami gagal jantung. Produksi hormon tiroid yang berlebihan secara langsung akan mempengaruhi jantung  berupa peningkatan HR dan stroke volume. Meningkatnya kebutuhan metabolisme dan kebutuhan oksigen jaringan perifer akan meningkatkan beban kerja jantung, terjadi hipertensi sistolik,angina, artimia, dan gagal jantung. Klien sering mengeluh palpitasi, nafas sesak, dan mudah lelah.

Tujuan ; Klien akan mempertahankan cardiac output tetap adekuat, dengan kriteria hasil :
    1. Vs dalam batas normal
    2. Sirkulasi perifer adekuat (akral hangat).
    3. Tidak ditemukan adanya bising jantung.
    4. Tidak ada keluhan sesak dan palpitasi.
    5. Aktifitas klien tanpa keluhan mudah lelah.
           Tindakan :
1.      Monitor tekanan darah, denyut nadi, pernafasan, dan bunyi nafas. Kaji edema perifer, distensi vena yugularis, toleransi terhadap aktifitas (Peningkatan hormon tiroid akan meningkatkan HR, stroke volume, dan peningkatan kebutuhan oksigen, yang kemudian jantung mengalami tekanan/dorongan/stres. Dan kondisi ini juga mengakibatkan terjadinya hipertensi, aritmia, takikardia, dan CHF).
2.      Ciptakan lingkungan yang nyaman dan bebas dari gangguan. Penurunan stress dapat dilakukan dnegan cara memberikan penjelasan pada setiap intervensi yang dilakukan agar tetap kooperatif dan mempertahankan relaksasi (lingkungan  yang tenang akan mengakibatkan kenyaman fisik dan psikologis akibat menurunnya stimulus dan stressor. Stress akan meningkatkan sirkulasi katekolamin yang akan meningkatkan beban kerja jantung).
3.      Aktifitas yang seimbang dengan periode istirahat (Periode istirahat akan menurunkan kebutuhan energy jaringan  melalui kebutuhan oksigen, dan penurunan kebutuhan kerja jantung akan menurunkan beban kerja jantung).

  1. Gangguan persepsi sensorik : Penglihatan
Perubahan penglihatan yang terjadi pada klien hipertiroidisme meliputi adanya kesukaran dalam memfokuskan penglihatan, diplopia, atau kehilangan penglihatan. Jika klien tidak dapat menutup kelopak matanya akibat exopthalmos akan berisiko kornea akan mengalami kekeringan dan mengakibatkan infeksi atau injury lainnya. Penurunan ketajaman penglihatan terjadi akibat tekanan pada saraf optikus akibat adanya  edema retro-orbital.

Tujuan :
Klien akan mengungkapkan kemampuan mengidentifikasipersepsi  objek secara tepat, dengan kriteria :
a.       Visus dalam batas  normal.
b.      Klien mempersepsikan objek dengan tepat.
c.       Tidak ditemukan adanya kekeringan lensa.

           Tindakan :
1.      monitor ketajaman penglihatan : photophobia, integritas kornea, dan penutupan kelopak mata( edema pada bagian belakang bola mata dan otot ekstraokuler akan mengakibatkan penekanan bola mata kedepan yang menyebabkan penutupan mata oleh kelopak mata tidak sempurna, menyebabkan kornea berisiko mengalami kekeringan, injury, konjuntivitis, dan infeksi kornea. Injury dan infeksi pada kornea menyebabkan klien akan kehilangan ketajaman penglihatan).
2.      Ajarkan klien untuk menggunakan alat bantu mata yang dapat mencegah terjadinya injury dan mempertahankan ketajaman penglihatan , seperti :
a.       menggunakan kacamata proteksi.
b.      Menggunakan cairan tetes mata untuk tetap mempertahankan kelembaban mata.
c.       Gunakan kompres basah pada mata untuk mencegah iritasi.
d.      Tutup mata dengan kasa terutama saat tidur (jika kelopak mata tidak tertutup).
e.       Tidur dengan bagian kepala ditinggikan.
f.       Segera laporkan bila terasa nyeri pada bola mata dan adanya perubahan penglihatan.
                      (Tindakan di atas akan menurunkan risiko injury, memberikan rasa nyaman, menurunkan edema periorbital yang menggangu penglihatan, dan segera menangani bila terjadi masalah/ mengurangi risiko risiko kehilangan ketajaman penglihtan).

3.      Risiko gangguan nutrisi : Kurang dari kebutuhan.
      Keadaan hipermetabolisme yang terjjadi pada klien hipertiroidisme akan menyebabkan hipermotilitas gastrointestinal, diare dan abdominal pain. Walaupun klien mungkin nafsu makannya meningkat tetapi tetap saja klien kehilangan berat badan.

   Tujuan ;
Klien akan menunjukkan kemampuan mengkonsumsi makanan secara adekuat guna mengembalikan berat badan idealnya.
Kriteria hasil :
1.      Peningkatan berat badan secara bermakna (0.5 kg/minggu).
2.      Pemeriksaan albumin serum dalam batas normal.
3.      nafsu makan meningkat
4.      Tidak ada keluhan muntah dan mual.

Tindakan :
1.      Timbang berat badan setiap hari (pada waktu yang sama), dan catat hasilnya (ketidakmampuan memenuhi kebutuhan metabilisma akan mengakibatkan kehilangan berat badan. Monitoring secara teratur berat badan merupakan upaya untuk mendeteksi keberlangsungan kehilangan berat badan).
2.      Kolaborasi dengan dietitian, informasikan pada klien untuk mengkonsumsi makanan yang disediakan dalam bentuk tinggi karbohidrat dan tinggi protein. Intake kalori yang dibutuhkan pada kehilangan berat badan 10%-20% sebanyak 4000 kcl per hari (meningkatnya nutrisi klien akan memenuhi kebutuhan metabolisme. Klien sering menunjukan intake makanan yang baik pada kondisi hipertiroidisme).
3.      Monitor status nutrisi melalui pemeriksaan laboratoirum (serum albumin, hitung jenis lekosit terutama limposit. Bila ini rendah menunjukkan terjadinya defisit nutrisi).

4. Gangguan citra tubuh :
    Klien dengan hipertiroidisme akan meningkat risiko gangguan citra tubuh. Perubahan fisik dari yang biasanya misalnya adanya exopthalmos, goiter, tremor, rambut mudah gugur, keringat yang berlebihan, penurunan kekuatan otot, kelelahan, penurunan berat badan, perobahan fungsi seksualitas, insomnia, nervous dan kecemasan yang terjadi saecara terus menerus.
  Tujuan ;
  Klien akan mendemostrasikan penyesuaian terhadap perubahan fisik yang terjadi pada dirinya yang ditandai dengan klien berpartisipasi secara aktif dalam aktifitas rawat diri dan berinteraksi secara positif dengan orang lain.
Kriteria hasil :
  1. Klien berpartisipasi aktif dalam aktifitas ADL.
  2. Klien berkomunikasi secara efektif dengan petugas kesehatan dan keluarganya.
  3. melaksanakan aktifitas sesuai program.
  4. Klien mengungkapkan perasaan secara positif.
 Tindakan :
1.         Mempertahankan hubungan saling percaya dengan klien, dorong klien mengungkapkan secara verbal tentang perasaannya, dan jawab pertanyaan sehubungan dengan penyakit dan pengobatannya. Berikan informasi dengan benar dan klarifikasi terhadap kesalahan pemahamannya (citra tubuh adalah persepsi seseorang terhadap dirinya, termasuk yang berhubungan dengan keadaan permukaan tubuhnya dan bagian yang lebih dalam yang mempengaruhi sikapnya.Perubahan citra tubuh secara menetap akan mempengaruhi persepsinya dan perawat  yang dapat ditandai dengan danya penolakan klien terhadap diagnosa penyakitnya, informasi yang diberikan serta pengobatan yang diterimanya).
2.         Sarankan agar anggota keluarga memberikan dukungan yang positif, dan jawab bila keluarga mengajukan pertanyaan sehubungan dengan keadaan klien. Jelaskan pengaruh penyakit terhadap kondisi fisik dan emosionalnya (Perasaan seseorang harus diidentifikasi sebelum mereka ikut dilibatkan dalam asuhan keperawatan klien. Anggota keluarga termasuk orang yang dekat dengan klien)dapat merupakan sumber pendukung dalam upaya adaptasi klien terhadap penyakitnya, tetapi terlebih dahulu diberikan pemahaman tentang perilaku klien dan perubahan fisik/psikologis yang terjadi pada klien).

Diagnosa Keperawatan lainnya :
  1. Hiperthermia berhubungan dengan peningkatan metabolisme dan produksi suhu.
  2. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan otot dan kelelahan.
  3. Kecemasan berhubungan dengan defisit pengetahuan tentang pengaruh hipertiroidisme dan pengobatan yang lama.
  4. Risiko defisit volume cairan berhubungan dengan diare dan keringat yang berlebihan.
  5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kegelisahan akibat meningkatnya metabolisme tubuh.

























BAHAN RUJUKAN


1.      Alexander (1995). Care of the patient in surgery. (10th ed), St.Louis : Mosby.
2.      Doenges, Moorehouse, dan Geissler (1993). Nursing care plans : Guidelines for planning and documenting patient care. (3rd ed), Philadelphia : F.A.Davis Company.
3.      Hudak, Gallo dan Morton (1997). Critical care nursing : A holistic approach. (7th ed), Philadelphia : Lippincott.
4.      LeMone dan Burke (1996). Medical-Surgical Nursing : Critical thinking in client care, California : Addison-Wesley.
5.      Luckman (1996).  Core principles and practice of medical-surgical nursing, Philadelphia : W.B.Saundfers Company.
6.      Mardiati (2000). Faal endokrin. Jakarta ; C.V.Sagung Seto.
7.      Rumahorbo (1997). Asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem endokrin, jakarta : EGC.

















KASUS


Ny.X. 33 tahun, mempunyai 4 orang anak. Dia masih belajar diperguruan tinggi. Mulai 3 bulan yang lalu ny.X. merasa selalu lapar dan makan berlebihan, tetapi dia kehilangan berat badan sebanyak 6.8 kg. Dia juga mengalami diare dan sering mual. Gerakan tangan tidak terkontrol, merasa jantungnya berdebar dan kadang-kadang tertawa dan menangis tanpa sebab yang jelas.
Setelah kunjugan keluarga, dilakukan pemeriksaan laboratorium dan kemudian dokter mendiagnosa Graves’Desease. Perawat A melakukan pengakajian pada Ny.X.. Dia mencatat Ny.X. nampak lemah, dan cemas. Perawat A menanyakan apa yang dirasakan oleh klien, lalu Ny.X. menjawab bahwa ia merasa  mau mati saja, lapar dan merasa tubuhnya hangat. Lalu mengatakan kepada Perawat A bahwa apakah anda mempertimbangkan agar saya dapat makan dan suhu badan menjadi normal kembali.
Pada pengkajian :
Riwayat masuk dengan nafsu makan meningkat, kehilangan berat badan 6.8 kg., klien mengalami diare, nausea, palpitasi, suhu badan meningkat, dan perubahan perasaan (mood).
Pada pengkajian fisik : T : 38.3 , BP : 162/86, denytu nadi : 110, RR : 24. kulit lembab dan hangat, rambut jarang, nampak tremor pada tangan, mata menonjol dan dia tidak dapat menutup matanya secara sempurna. Tiroid membesar dan dapat dipalpasi.
Test diagnostik : T3 : 350 g/dL (N : 80-200 ng/dL), T4 : 15.1 mg/dL(N: 5 – 12 mg/dL). Hasil scanning tiroid menunjukkan pembesaran tiroid dengan meningkatnya uptake iodine.
Setelah ditetapkan diagnosa medis mulai Ny.X menggunakan obat propylthiouracil 150 mg secara oran dan setiap 8 jam.

Tugas :
  1. tentukan diagnosa keperawatan dan data pendukungnya.
  2. Buat rencana asuhan keperawatan masing-masing diagnosa keperawatan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar